Rabu 09 Apr 2025 21:25 WIB

Trump Patok Tarif Tinggi, Pelaku Industri tak Bisa Serta-merta Setop Ekspor ke AS

Trump memberlakukan tarif sebesar 32 persen kepada Indonesia.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Perajin mewarnai kain untuk pembuatan pakaian dan sarung pantai di Dukuh Cangkol, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (3/6/2023). Produk kerajinan kain pantai tersebut dipasarkan ke sejumlah destinasi wisata pantai di Indonesia dan diekspor ke Brasil.
Foto: ANTARAFOTO/Maulana Surya
Perajin mewarnai kain untuk pembuatan pakaian dan sarung pantai di Dukuh Cangkol, Mojolaban, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah, Sabtu (3/6/2023). Produk kerajinan kain pantai tersebut dipasarkan ke sejumlah destinasi wisata pantai di Indonesia dan diekspor ke Brasil.

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Tarif impor resiprokal yang dikenakan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump ke puluhan negara, termasuk Indonesia, resmi berlaku hari ini, Rabu (9/4/2025). Trump memberlakukan tarif sebesar 32 persen kepada Indonesia.

Plt Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Sakina Rosellasari, mengungkapkan, AS merupakan tujuan ekspor utama para pelaku industri di Jateng. Dia mengatakan, pada 2024, nilai ekspor nonmigas Jateng mencapai 10,76 miliar dolar AS. Dari jumlah tersebut, 4,47 miliar dolar AS di antaranya berasal dari Negeri Paman Sam. 

Baca Juga

"Memang dominasi (ekspor) ke Amerika. Sektornya apa saja? Ini ada alas kaki atau sepatu, kemudian garmen atau pakaian jadi, baik itu rajut dan non-rajut," ungkap Sakina ketika diwawancara di Kantor Gubernur Jateng, Semarang, Rabu (10/4/2025). 

Dia menambahkan, meski saat ini terdapat tarif baru yang cukup besar, para pelaku industri di Jateng tidak bisa serta-merta menyetop pemasaran produknya ke AS. "Karena pelaku usaha ini sudah kontrak dengan buyer. Jadi produk alas kaki, garmen, itu produk buyer-nya itu sudah buyer Amerika," ucapnya. 

Menurut Sakina, karena baru diberlakukan, efek pengenaan tarif impor sebesar 32 persen oleh AS terhadap produk-produk Indonesia belum begitu terasa. Kendati demikian, Sakina mengatakan sudah menjalin koordinasi dengan para pelaku industri di Jateng, terutama mereka yang bergerak di sektor padat karya. 

"Strategi ke depan tentunya kami harapannya adalah, karena memang garmen, alas kaki, itu padat karya yang ada di Jawa Tengah, strategi yang kami inginkan tentunya adalah pangsa pasar, tidak hanya Amerika Serikat, tapi juga terus berkembang ke berbagai negara yang sebetulnya masih menjadi potensi," ucap Sakina. 

Menurutnya, dengan diversifikasi pasar, kegiatan perindustrian di Jateng tidak akan lesu akibat terimbas pemberlakuan tarif AS yang tinggi. Selain itu, Sakina berharap investasi ke Jateng tetap bisa bertumbuh seperti tahun-tahun sebelumnya.

"Tahun 2024 kemarin kan (nilai investasi) naik sekitar 14 persen. Investasi yang tinggi itu kan nanti juga akan menyerap tenaga kerja banyak," ujarnya. 

Dia menilai, dengan skenario demikian, efek domino pemberlakuan tarif resiprokal oleh AS tidak berakibat pada munculnya gelombang PHK pekerja.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement