REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV — Situasi keamanan di Tel Aviv Israel semakin tidak terkendali. Unjuk Rasa ribuan massa semakin meluas. Mereka menyikapi kebijakan kontroversial Perdana Menteri Benjamin Netanyahu yang memecat Kepala Badan Intelijen Shin Bet atau Shabak Ronen Bar.
Ronen Bar dikenal sebagai intelijen senior yang aktif sejak 13 Oktober 2021. Dia juga pernah mengemban jabatan sebagai wakil kepala Shin Bet. Oleh Perdana Menteri Naftali Bennett dia didukung menjabat petinggi Shin Bet oleh Kabinet Israel pada 11 Oktober 2021.
Kini dia dipecat oleh Netanyahu dan koalisinya. Bukannya mendukung pemecatan itu, warga Israel justru mengecam Netanyahu. Ini bukan yang pertama, sebelumnya, warga Israel juga berkerumun menolak kebijakan Netanyahu yang gagal menyelamatkan para sandera yang ditawan Hamas. Kebijakan putra Ben Zion Netanyahu melanjutkan perang justru semakin menutup kemungkinan para sandera yang ditahan Hamas selamat.
Massa kini turun ke jalan menyuarakan penolakan terhadap segala kebijakan Netanyahu. Sementara itu, Kedutaan Besar AS di Israel pada hari Sabtu mendesak warganya untuk menghindari pertemuan besar dan bersiap untuk berlindung menyusul meningkatnya konflik internal di Israel dan ancaman oleh oposisi Israel untuk melancarkan pemogokan umum.
"Kondisi keamanan saat ini kompleks dan berubah dengan cepat," kata kedutaan AS dalam sebuah peringatan yang diunggah di situs webnya. "Waspadai lingkungan sekitar Anda."
Peringatan ini muncul saat demonstrasi besar-besaran terus berlanjut di Israel terhadap upaya Perdana Menteri Benjamin Netanyahu untuk memecat Ronen Bar, kepala dinas keamanan internal Shin Bet .
Pemimpin oposisi Israel Yair Lapid mengatakan dalam sebuah demonstrasi di Tel Aviv hari ini bahwa "pemerintah melakukan segala cara untuk memulai perang saudara, dan Benjamin Netanyahu secara terbuka mendorongnya."
Demonstrasi dan ancaman
Oposisi Israel mengancam akan melakukan pemogokan umum malam ini jika Netanyahu menentang Mahkamah Agung atas pemecatan kepala Shin Bet.