REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Manuver AS yang membangun dialog dengan Israel dan Hamas membangun sikap tersendiri. Amerika di satu sisi mendukung persenjataan Israel. Tapi di sisi lain, Paman Sam juga mengakui kehebatan Hamas sebagai entitas yang berkomitmen terhadap gencatan senjata yang jauh lebih bisa dipegang ketimbang Israel yang terlalu bernafsu untuk perang.
Manuver Israel membangun komunikasi langsung dengan Hamas menuai kecaman internal Israel. Mereka mengkhawatirkan komunikasi itu mengikis pandangan dan sikap Amerika yang selama ini mendukung penuh Israel.
Witkoff
Media zionis, Yedioth Ahronoth mencatat bahwa Israel terkejut dengan pernyataan terbaru utusan Amerika untuk Timur Tengah Steve Witkoff, yang mengatakan bahwa yang bersangkutan menunjukkan sikap Amerika yang tidak lagi melihat sesuatu dengan cara yang sama seperti (Perdana Menteri Benjamin) Netanyahu .
Dalam wawancara dengan jurnalis Amerika Tucker Carlson, Witkoff mengkritik perdana menteri Israel karena tidak memiliki rencana strategis untuk Gaza. Dia mengatakan tidak ada peta atau cakrawala, sehingga menyebabkan ketidakstabilan.
Hal tersebut sangat disayangkan Amerika, karena mempertahankan Gaza merupakan cara menempuh stabilitas dan keberlangsungan di Gaza. Negara-negara Arab bersatu dan memiliki rencana strategis, tapi Israel tidak demikian.
Pejabat AS itu mengatakan bahwa Hamas dapat tetap menjadi aktor politik di Gaza jika melucuti senjatanya. Ia menekankan pentingnya memahami motivasi Hamas, dengan menyatakan bahwa Hamas bukanlah gerakan yang keras kepala secara ideologis, dan bahwa konflik di Gaza dapat diakhiri melalui dialog.
Berbicara tentang tahanan Israel di Jalur Gaza, Witkoff menegaskan bahwa Netanyahu tidak peduli dengan tahanan Israel.
Dia berkata: Rakyat Israel ingin para tahanan kembali, dan Netanyahu bertentangan dengan opini publik mengenai para tahanan. Sekalipun saya tidak selalu setuju dengannya (Netanyahu), saya memahami kritiknya tentang masalah ini.
Utusan AS menambahkan bahwa Gaza tidak dapat memiliki masa depan yang berkelanjutan hanya dengan bantuan saja, dan bahwa warga Palestina juga memiliki hak untuk bermimpi tentang masa depan.