Sabtu 08 Feb 2025 13:59 WIB

Ingin Subsidi Gas Melon Tepat Sasaran, Menteri Bahlil Siap Korbankan Nyawa

Kurang lebih Rp 25 triliun negara memberikan subsidi yang tidak tepat sasaran.

Rep: Muhammad Noor Alfian Choir/ Red: Erik Purnama Putra
Menteri ESDM sekaligus Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.
Foto: Republika/Thoudy Badai
Menteri ESDM sekaligus Ketua Umum DPP Partai Golkar, Bahlil Lahadalia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Menteri ESDM mengungkapkan permintaan maafnya kepada masyarakat buntut polemik distribusi LPG 3 kilogram (g) alias gas melon. Dia mengakui, kebijakan yang dilakukan Kementerian ESDM sedikit kurang pas. Dia pun sudah meminta maaf kepada rakyat.

"Sub subpangkalan ini, pengecer ini tiba-tiba kita setop. Ini yang kemudian sekarang kita ubah bertahap kita lakukan penataan agar tetap mereka bisa berjalan dan sekarang mereka sudah bisa berjalan," kata Bahlil dalam rapat menjelang Rakernas Partai Golkar di kantor DPP Golkar, Jakarta Barat pada Sabtu (8/2/2025).

Baca Juga

Ketua umum DPP Partai Golkar tersebut mengakui, keputusan yang bertujuan untuk efisiensi agar BBM subsidi tepat sasaran tersebut memang kurang populer. Namun, ia menegaskan, siap mengorbankan nyawanya demi hak-hak rakyat.

"Saya tahu ini adalah keputusan yang tidak populer bagi saya, tapi untuk memastikan hak-hak rakyat mendapat dari apa yang negara berikan. Maka jangankan popularitas, nyawa pun saya siap berikan untuk rakyat bangsa dan negara," ucap Bahlil.

Dia perlu menympaikan alasan tersebut karena sudah menemukan adanya kebocoran distribusi gas melon. Kebocoran itu ditinjau dari segi volume gas, praktik oplos, hingga harga di lapangan. Bahlil menjelaskan, dari subsidi gas melon Rp 87 triliun per tahun, tingkat kebocoran mencapai belasan hingga puluhan triliun.

"Kalau saya mengurai uangnya puluhan triliun. Bapak Ibu bayangkan Rp 18 ribu yang harusnya rakyat dapat dijual Rp 25 ribu selisihnya berapa? Rp 7.000 itu sudah sekitar 15 persen hampir 20 persen dari subsidi. Kalau 15 persen sampai 20 persen kali Rp 87 triliun itu sudah sama dengan Rp 15 sampai Rp 17 triliun, itu baru selisih harga," kata Bahlil.

Dia menganggap, rata-rata kebocoran penyaluran subsidi gas melon di kisaran 25-30 persen. "Subsidi tidak bisa buat sasaran kali Rp 87 triliun itu sama dengan kurang lebih Rp 25 triliun bapak ibu semua negara memberikan subsidi yang tidak tepat sasaran dan ini dinikmati oleh sekelompok orang," ujar Bahlil di hadapan kader Golkar.

Sebagai kader partai beringin, Bahlil tak bisa membiarkan hal itu terjadi. Dia pun bercerita bagaimana ia berangkat dari keluarga yang pas-pasan dan makan dari hasil beras jatah.

"Kalau memang kita konsen, Golkar sebagai bentuk daripada partai yang memperjuangkan apa yang menjadi hak rakyat, saya berpandangan ini harus kita luruskan yang bengkok. Setelah saya masuk saya melihat ada yang tidak beres, dua pilihan, apakah saya ikut ketidakberesan ini? atau saya merubah untuk yang tidak beres menjadi beres? Itu pilihan bagi saya," kata Bahlil.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement