REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV -- Beberapa tokoh terkemuka Israel, termasuk jurnalis dan komentator senior mengejek usulan Presiden AS Donald Trump untuk 'membersihkan' Gaza dan memindahkan paksa warga Palestina ke Yordania dan Mesir.
Pada Sabtu, kurang dari sepekan setelah gencatan senjata terjadi di Gaza, yang mengakhiri perang selama 15 bulan, Trump menggambarkan daerah kantong Palestina itu sebagai 'lokasi penghancuran' dan mengatakan akan lebih baik jika semua 'dibersihkan'
"Saya ingin Mesir menerima orang (dari Gaza)," kata Trump. "Anda berbicara tentang sekitar satu setengah juta orang, dan kita membersihkan semuanya dan 'Anda tahu, ini sudah berakhir'."
Trump mengatakan dia berterima kasih kepada Yordania karena telah berhasil menerima pengungsi Palestina. Ia mengatakan ke Raja Yordania, "Saya ingin Anda menerima lebih banyak, karena saya melihat seluruh Jalur Gaza sekarang, dan itu kacau balau. Benar-benar kacau balau."
Dia menambahkan bahwa pemindahan itu bisa bersifat sementara atau jangka panjang.
Ada kecaman langsung dari Palestina, yang bersama dengan Yordania dan Mesir, menolak gagasan tersebut. Mereka khawatir Israel tidak akan pernah mengizinkan warga Palestina kembali ke Gaza jika dipaksa pergi.
Haaretz, surat kabar Israel, mengeluarkan serangan pedas terhadap usulan kebijakan Trump pada Senin. Dewan redaksi menyatakan bahwa Jalur Gaza adalah 'rumah' bagi lebih dari dua juta warga Palestina. Haaretz mengejek usulan agar warga Gaza dikirim ke negara-negara Arab lain hingga Indonesia.
"Pada tingkat ini Trump kemungkinan akan mengusulkan agar warga Gaza diluncurkan 'secara sukarela' ke luar angkasa dan menetap di Mars, sesuai dengan semangat janjinya dalam pidato pelantikannya," tulis dewan redaksi.
View this post on Instagram