Rabu 13 Nov 2024 14:15 WIB

Dokter Inggris di Gaza Ungkap Sniper Israel Targetkan Kepala Anak, Fakta Medis Membuktikan

60-70 persen orang yang dirawat di Gaza adalah wanita dan anak-anak.

Seorang wanita Palestina menangisi jenazah anak-anak yang syahid akibat serangan udara Israel di rumah sakit Indonesia, Jalur Gaza utara, 18 November 2023.
Foto: AP Photo/Ahmed Alarini
Seorang wanita Palestina menangisi jenazah anak-anak yang syahid akibat serangan udara Israel di rumah sakit Indonesia, Jalur Gaza utara, 18 November 2023.

REPUBLIKA.CO.ID, LONDON - Seorang dokter bedah Inggris yang bekerja selama sebulan di Gaza, Nizam Mamode, mengaku melihat sejumlah anak-anak dengan luka tembak di kepala. Nizam menyebut anak-anak tersebut dengan sengaja menjadi sasaran penembak jitu Israel.

“Kami melihat sejumlah anak dengan luka tembak di kepala, satu tembakan di kepala. Tidak ada luka lain. Jadi jelas, mereka dengan sengaja menjadi sasaran penembak jitu Israel dan itu terjadi setiap hari,” kata Mamode dalam sebuah sesi Komite Pembangunan Internasional di House of Commons Inggris mengenai situasi kemanusiaan di Gaza, Selasa (12/11/2024).

Baca Juga

Memberikan kesaksian dalam sidang tersebut, Mamode, yang bekerja di Rumah Sakit Nasser di Gaza dari pertengahan Agustus hingga pertengahan September, mengatakan bahwa 60-70 persen orang yang mereka rawat di Gaza adalah wanita dan anak-anak. Saat ditanya tentang pengalamannya merawat wanita dan anak-anak yang terluka, ia menyebutkan luka-luka di kepala akibat tembakan penembak jitu.

Dokter bedah yang telah bekerja di sejumlah zona konflik berbahaya itu menyoroti bahwa ia tidak pernah melihat sesuatu dengan skala sebesar yang ia saksikan di Gaza.

“Saya belum pernah berada di daerah konflik yang membatasi bantuan medis hingga sejauh itu. Tidak ada pasokan yang diizinkan masuk, mengebom fasilitas kesehatan, menyerang ambulans, dan membunuh petugas kesehatan,” ucapnya.

Jika semua itu tidak terjadi, kata dia, maka puluhan ribu nyawa bisa diselamatkan. Saat ditanya apakah ia menganggap apa yang dilihatnya sebagai genosida, Mamode menjawab bahwa sulit untuk menemukan kata lain selain itu, mengingat apa yang telah ia saksikan.

“Dan saya yakin bahwa rakyat Palestina merasa itulah yang sedang terjadi pada mereka dan ada rasa pasrah bahwa mereka semua hanya menunggu untuk mati tanpa ada kesempatan untuk melarikan diri. Jadi, dalam satu kata, ya.”

Ia kemudian ditanya tentang klaim tentara Israel yang mengatakan bahwa mereka menyebarkan selebaran untuk memperingatkan orang-orang agar pindah ke area yang berbeda sebelum menargetkan lokasi-lokasi tersebut. Mamode menjawab bahwa sebagian besar korban mereka berasal dari Zona Hijau yang seharusnya tidak menjadi sasaran dan banyak dari mereka tidak dievakuasi, bahkan tanpa peringatan sama sekali.

“Kami memiliki sebuah kendaraan yang diledakkan lima meter dari departemen darurat di jalan utama. Kami jelas tidak mendapat peringatan apapun. Dan jika saya sedang menyeberang jalan untuk membeli sesuatu, itu akan menjadi akhir bagi saya,” tambahnya.

Dirinya menekankan bahwa apa yang terjadi di Gaza tidak bisa disebut selain hukuman kolektif, sebuah upaya yang konsisten yang pada dasarnya melenyapkan sebagian besar populasi.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement