REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Israel memblokade ketat Lembah Beqaa di Lebanon timur setelah menyerang konvoi kemanusiaan. Hal itu diungkapkan Gubernur Baalbek-Hermel, Bachir Khodr, kepada Sputnik pada Selasa (15/10/2024).
"Lembah Beqaa sedang menghadapi blokade brutal – hal ini menjadi jelas setelah serangan terhadap konvoi yang membawa bantuan kemanusiaan," kata Khodr.
Israel tampaknya berupaya menghambat pengiriman bantuan kemanusiaan kepada penduduk di wilayah tersebut, tambah gubernur.
"Kebanyakan bisnis di Beqaa sudah tutup, dan banyak orang telah pergi ke bagian lain Lebanon atau Suriah karena pengeboman ... Di salah satu pompa bensin, orang-orang diberi bahan bakar dan disarankan untuk menimbun makanan serta kebutuhan pokok sebagai persiapan untuk musim dingin," ujar Khodr.
Gubernur juga menyatakan khawatir bahwa semua akses jalan menuju Baalbek akan segera terputus.
Lembah Beqaa di Lebanon timur, seperti halnya Lebanon selatan, telah menjadi sasaran pengeboman besar-besaran Israel sejak 23 September, dengan banyak desa hancur hingga 80 persen.
Sejak 1 Oktober, Israel melancarkan operasi darat melawan gerakan Hizbullah di Lebanon selatan sambil terus melakukan serangan udara. Meski mengalami kekalahan, Hizbullah terus melawan pasukan Israel di darat dan meluncurkan roket ke seberang perbatasan. Menurut Kementerian Kesehatan Lebanon, korban tewas di Lebanon akibat serangan Israel telah melebihi 2.300 orang sejak eskalasi ini terjadi. Israel mengatakan bahwa tujuan utamanya adalah menciptakan kondisi bagi kembalinya 60.000 penduduk Israel yang melarikan diri dari penembakan di wilayah utara negara itu. Sumber: Sputnik-OANA