Sabtu 12 Oct 2024 09:26 WIB

Qatar Dukung Penyelidikan Internasional Usai Israel Serang UNIFIL

Dua personel TNI di bawah UNIFIL terluka akibat serangan militer Israel.

Rep: Antara/Anadolu/ Red: Erik Purnama Putra
Asap muncul usai serangan artireli Israel ke Desa Dhayra yang berlokasi di perbatasan Lebanon-Israel.
Foto: EPA-EFE/WAEL HAMZEH
Asap muncul usai serangan artireli Israel ke Desa Dhayra yang berlokasi di perbatasan Lebanon-Israel.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA -- Pemerintah Qatar pada Jumat (11/10/2024) menuntut penyelidikan internasional segera atas penargetan militer Israel terhadap misi penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL). Kementerian Luar Negeri Qatar mengecam "serangan yang menargetkan Pasukan Sementara PBB di Lebanon (UNIFIL), yang menimbulkan korban luka di kalangan personelnya."

Disebutkan pula bahwa serangan terhadap UNIFIL merupakan "pelanggaran terang-terangan terhadap ketentuan hukum kemanusiaan internasional dan Resolusi Dewan Keamanan No. 1701". Hal itu menyebabkan dua personel TNI di bawah UNIFIL terluka.

Baca Juga

Resolusi tersebut menuntut penghentian konflik antara Lebanon dan Israel secara menyeluruh serta pembentukan zona demiliterisasi di antara Garis Biru, batas antara Lebanon dan Israel, dan Sungai Litani, yang hanya mengizinkan kepemilikan senjata dan peralatan militer bagi pasukan Lebanon dan UNIFIL di area tersebut.

Kemenlu Qatar mendesak komunitas internasional untuk melakukan "tindakan tegas guna memaksa pendudukan Israel agar segera menghentikan serangan agresif mereka dan pelanggaran berulang terhadap hukum internasional".

Pada Jumat (11/10/2024) pagi waktu setempat, militer Israel menembaki sebuah pos pemantauan milik pasukan penjaga perdamaian PBB di markas besarnya di Naqoura, Lebanon selatan. Akibatnya, dua pasukan penjaga perdamaian dari kontingen Sri Lanka terluka, menurut Kantor Berita Nasional Lebanon.

Dua pasukan penjaga perdamaian lainnya yang berasal dari Indonesia juga mengalami hal serupa pada Kamis. Israel melancarkan serangan udara besar-besaran di seluruh Lebanon terhadap apa yang diklaim tetapi tanpa bukti transparan ke publik sebagai target Hizbullah sejak 23 September.

Sedikitnya 1.351 orang tewas dan lebih dari 3.800 lainnya terluka serta 1,2 juta orang mengungsi akibat serangan rezim tersebut. Serangan udara tersebut merupakan eskalasi dari perang lintas batas selama setahun antara Israel dan Hizbullah sejak terjadinya ofensif di Jalur Gaza, ketika kelompok Palestina Hamas meluncurkan serangan tahun lalu.

Hingga kini lebih 42.100 orang, mayoritas perempuan dan anak-anak, tewas dalam serangan itu. Kendati terdapat peringatan internasional bahwa Timur Tengah berada di ambang perang kawasan, Israel terus memperluas konflik dengan melakukan serangan darat ke Lebanon selatan sejak 1 Oktober 2024.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement