REPUBLIKA.CO.ID, ROMA – Pemerintah Italia secara resmi memprotes otoritas Israel atas serangan terhadap markas besar Italia dan dua pangkalan misi perdamaian PBB (UNIFIL) di Lebanon selatan. Sedangkan Menteri Pertahanan Crosetto menyebutnya sebagai "kemungkinan kejahatan perang".
Pemerintah Italia menegaskan kembali bahwa apa yang terjadi di dekat markas kontingen UNIFIL Italia di Lebanon selatan tidak dapat diterima. Euronews melansir, Perdana Menteri Italia Giorgia Meloni telah melakukan percakapan telepon dengan komandan Sektor Barat misi penjaga perdamaian PBB, Jenderal Stefano Messina.
Dia dilaporkan menerima informasi terkini mengenai situasi di lapangan setelah markas UNIFIL dan dua pangkalan Italia diserang "berulang kali" dan "sengaja" oleh tentara Israel pada Kamis pagi. Meloni menyatakan dukungan kuatnya dan pemerintahnya terhadap militer Italia yang terlibat di Lebanon sebagai bagian dari misi UNIFIL.
“Pihak Italia terus memberikan upaya yang berharga untuk stabilisasi kawasan, sesuai dengan mandat PBB,” pernyataan itu menyimpulkan. Duta Besar Israel untuk Italia dipanggil oleh pemerintah menyusul berita tersebut.
Pada Jumat pagi, sekitar 24 jam setelah kejadian, belum ada pernyataan resmi dari Presiden Indonesia Joko Widodo terkait serangan di Markas UNIFIL yang turut melukai dua prajurit TNI tersebut. Menteri Pertahanan Prabowo Subianto yang juga merupakan presiden terpilih yang akan dilantik akhir bulan nanti juga belum memberikan pernyataan hingga Jumat pagi ini.
Sementara Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto telah mengeluarkan pernyataan keras bahwa serangan Israel tersebut bisa merupakan kejahatan perang. “Ini bukan kesalahan, ini bukan kecelakaan,” kata Menteri Pertahanan Italia Guido Crosetto dalam konferensi pers di Palazzo Chigi alias kediaman dinas PM Italia.
“UNIFIL telah mendesak semua pihak yang terlibat untuk segera melakukan gencatan senjata,” tambahnya. Ia menekankan bahwa tindakan permusuhan yang dilakukan Israel “dapat merupakan kejahatan perang” atau setidaknya “pelanggaran yang tidak dapat dibenarkan.”
Crosetto juga menyebutkan bahwa tidak ada korban luka di antara pasukan penjaga perdamaian Italia, namun apa yang terjadi di Lebanon "sama sekali tidak dapat diterima".
Dia melanjutkan dengan mengatakan bahwa "Tidak ada pembenaran untuk mengatakan bahwa angkatan bersenjata Israel telah memperingatkan UNIFIL bahwa beberapa pangkalan harus ditinggalkan. “Saya mengatakan kepada duta besar untuk memberitahu pemerintah Israel bahwa PBB dan Italia tidak dapat menerima perintah dari pemerintah Israel.”
Kritik keras diungkapkan Crosetto kepada mitranya dari Israel Yoav Gallant dalam percakapan telepon dan kemudian ditegaskan kembali kepada duta besar Israel di Roma, yang dipanggil ke kementerian.
Menteri Pertahanan menjelaskan bahwa dia telah menghubungi rekannya dari Israel pagi-pagi sekali "untuk memprotesnya dan mengingatkannya dengan tegas" bahwa apa yang terjadi di dekat pangkalan UNIFIL Italia dan terhadap kontingen misi PBB "tidak dapat diterima oleh pemerintah Italia".
“Meskipun saya telah menerima jaminan atas perhatian penuh terhadap keselamatan personel militer,” tambahnya, “Saya telah menegaskan kembali bahwa segala tindakan yang mungkin dapat membahayakan tentara, baik Italia maupun UNIFIL, harus dihindari.”
Crosetto menekankan bahwa situasi saat ini terkendali dan keselamatan personel militer Italia yang dikerahkan di Lebanon tetap menjadi prioritas mutlak bagi seluruh pemerintah Italia, sehingga pasukan penjaga perdamaian Italia dapat melanjutkan pekerjaan mediasi dan dukungan mereka bagi perdamaian dan stabilitas di Lebanon. dan seluruh wilayah. Bersama Menteri Pertahanan Prancis Sebastien Lecornu, Crosetto menyerukan pertemuan negara-negara yang berkontribusi pada misi penjaga perdamaian PBB (Prancis, Italia, Spanyol dan Irlandia) pekan depan.
Respon Menlu RI...