Kamis 07 Nov 2024 23:57 WIB

Drone Israel Serang Konvoi UNIFIL, Lima Tentara Malaysia Terluka

Israel telah melakukan 20 serangan terhadap pasukan UNIFIL di Lebanon.

Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.
Foto: REUTERS/Thaier Al-Sudani
Anggota pasukan penjaga perdamaian PBB (UNIFIL) melihat perbatasan Lebanon-Israel, di atap menara pengawas di kota Marwahin, di Lebanon selatan, 12 Oktober 2023.

REPUBLIKA.CO.ID,BEIRUT – Serangan darat dan udara pasukan penjajahan Israel (IDF) menewaskan sejumlah warga di Lebanon. Serangan-serangan itu juga melukai sejumlah pasukan penjaga perdamaian PBB di Lebanon (UNIFIL), termasuk lima tentara Malaysia.

Aljazirah mengutip Kementerian Kesehatan Lebanon melaporakn bahwa serangan Israel di pos pemeriksaan Awali di pinggiran Sidon pada Kamis menyebabkan, tiga orang gugur, dan sejumlah lainnya terluka, termasuk tentara UNIFIL yang berbasis di Lebanon Selatan. Lokasi terjadinya penyerangan juga signifikan.

Baca Juga

Ketika Israel mengeluarkan perintah evakuasi paksa kepada penduduk Lebanon selatan, sering kali Israel mengatakan warga harus pergi ke utara Sungai Awali. Itulah rute yang sedang dibom. Israel belum mengatakan siapa yang mereka targetkan. Aljazirah melaporkan bahwa serangan udara terjadi tepat ketika konvoi UNIFIL sedang lewat. 

Militer Lebanon mengeluarkan pernyataan yang mengatakan serangan itu menewaskan tiga warga Lebanon. Serangan ini juga melukai tiga tentara Lebanon dan empat pasukan UNIFIL Malaysia.

UNIFIL juga telah merilis pernyataan mengenai serangan Israel di pinggiran Sidon. Dikatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian yang “baru tiba” berada di sekitar serangan pesawat tak berawak. Versi UNIFIL, serangan itu menyebabkan lima orang tentara penjaga perdamaian terluka ringan. 

Dikatakan bahwa pasukan penjaga perdamaian yang terluka langsung dirawat oleh Palang Merah Lebanon dan mereka akan terus melanjutkan ke pos mereka. Laporan ini mengingatkan “semua pihak untuk menghindari tindakan yang membahayakan penjaga perdamaian atau warga sipil,” dan menambahkan bahwa “perbedaan harus diselesaikan di meja perundingan, bukan melalui kekerasan.”

Sejak Israel mengumumkan operasi darat terbatas pada tanggal 29 September, terjadi sekitar 20 serangan berbeda terhadap pasukan penjaga perdamaian PBB. PBB telah menyampaikan keluhannya kepada Israel mengenai hal ini, dan menyebutnya sebagai pelanggaran terhadap misi penjaga perdamaian. Pasukan penjaga perdamaian ada di sana untuk mengamati serta mencoba memberikan bantuan kemanusiaan.

Pada Selasa lalu, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim mengumumkan bahwa Malaysia sedang dalam proses menyusun resolusi Majelis Umum Perserikatan Bangsa-Bangsa (UNGA), mengusulkan Israel didepak dari organisasi tersebut. Pengusiran Israel itu diusulkan jika terjadi pelanggaran hukum atau masalah yang mempengaruhi Palestina.

Dilaporkan kantor berita Malaysia, Bernama, langkah ini ini menyusul pengesahan undang-undang Parlemen Israel pekan lalu yang melarang Badan PBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA). Israel pada Senin juga telah mengirim surat resmi ke PBB menegaskan pemutusan hubungan dengan UNRWA.

Anwar mengatakan resolusi yang diusulkan tersebut diharapkan akan segera diajukan ke Majelis Umum PBB untuk disetujui, yang dapat memberikan dasar hukum bagi UNRWA untuk terus memberikan layanan dasar kepada lebih dari enam juta pengungsi Palestina. 

“Antara lain, rancangan resolusi tersebut menyarankan agar Israel dikeluarkan dari anggota organisasi tersebut jika terjadi pelanggaran hukum, peraturan dan keputusan dalam isu-isu yang melibatkan Palestina,” Anwar melanjutkan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement