Sabtu 21 Sep 2024 23:59 WIB

Serangan Pager Pertama dalam Sejarah Perang, Lebanon: Israel Langgar Hukum Internasional

Serangan pager menewaskan puluhan warga Lebanon

Suasana selepas peledakan ratusan pager di Lebanon pada Selasa (17/9/2024).
Foto:

Dia mendesak Dewan Keamanan PBB untuk menegakkan resolusi 1701—yang bertujuan untuk menghentikan permusuhan dan menstabilkan kawasan—dan menuntut agar agresi Israel dihentikan serta penarikan tentara Israel dari seluruh wilayah Lebanon yang diduduki.

Sementara itu, wakil Dubes AS untuk PBB Robert Wood menegaskan kembali bahwa Washington "tidak memainkan peran apa pun" dalam ledakan perangkat komunikasi yang mematikan itu.

"Dewan Keamanan tidak dapat mengabaikan asal-usul konflik khusus antara Israel dan Hizbullah ini," ujarnya, yang tampaknya menyalahkan kelompok Palestina, Hamas, atas pecahnya konflik saat ini.

Wood mengklaim bahwa Hizbullah menerima pelatihan, senjata, dan pembiayaan dari Iran, karena dia menuduh Teheran mendukung Hamas.

Wood menegaskan kembali dukungan Amerika Serikat yang tak tergoyahkan kepada Israel terhadap serangan Hizbullah dan berkata. "Amerika Serikat terus percaya bahwa resolusi diplomatik adalah satu-satunya cara untuk menciptakan kondisi bagi warga sipil Lebanon dan warga Israel yang mengungsi untuk kembali ke rumah mereka dengan aman dan terlindungi," katanya.

Dubes China untuk PBB Fu Cong juga mengecam ledakan perangkat komunikasi di Lebanon dan menggambarkannya sebagai sesuatu yang tidak pernah terdengar dalam sejarah.

"Praktik ini, tanpa diragukan lagi, merupakan pelanggaran berat terhadap kedaulatan dan keamanan suatu negara dan pelanggaran terang-terangan terhadap hukum internasional, khususnya hukum humaniter internasional. Ini merupakan tindakan yang menginjak-injak kehidupan manusia dengan kekejaman yang tidak berperikemanusiaan," katanya.

Cong menuntut penyelidikan menyeluruh atas serangan tersebut dan mendorong Israel untuk melupakan obsesinya dengan penggunaan kekuatan. Ia juga mendesak Israel segera menghentikan operasi militernya di Gaza, serta menyudahi pelanggaran terhadap kedaulatan dan keamanan Lebanon.

Dubes Rusia untuk PBB Vassily Nebenzia menyebut para pelaku serangan ledakan sengaja berusaha memicu konfrontasi militer berskala besar. "Mereka telah berusaha memprovokasi perang besar baru di Timur Tengah," katanya. Rusia menganggap ledakan itu sebagai serangan teroris yang merupakan hasil dari "diplomasi semu" pemerintah Amerika Serikat .  

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement