REPUBLIKA.CO.ID, TEL AVIV- Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu akhirnya berkomentar untuk pertama kali setelah serangan Israel di pinggiran selatan Beirut.
“Kami baru saja memulai... dan kami akan bekerja untuk mengubah Timur Tengah,” demikian menurut Al-Qahera News, dilansir Midleeastmonitor, Sabtu (21/9/2024).
Tentara pendudukan Israel mengkonfirmasi bahwa mereka melakukan serangan yang tepat di Beirut yang membunuh Ibrahim Aqil, Kepala Divisi Operasi Hizbullah.
Tentara penjajah itu menambahkan bahwa penggerebekan tersebut menyebabkan terbunuhnya sejumlah pemimpin divisi operasi di unit Radwan, termasuk mereka yang menyiapkan rencana untuk menyerbu Galilea.
Dia melanjutkan bahwa Aqil dan para pemimpin yang ditargetkan termasuk di antara mereka yang berencana menyerbu Galilea dengan cara yang mirip dengan peristiwa 7 Oktober di Gaza.
Kementerian Kesehatan Lebanon mengeluarkan sebuah pernyataan yang mengumumkan bahwa jumlah korban serangan Israel di pinggiran selatan ibu kota, Beirut, telah meningkat menjadi sembilan orang.
Dua sumber keamanan Lebanon mengatakan kepada Reuters bahwa seorang pemimpin terkemuka dalam kelompok Hizbullah Lebanon, Aqil, terbunuh dalam serangan Israel di pinggiran selatan Beirut.
Salah satu sumber mengkonfirmasi bahwa Aqil terbunuh bersama dengan anggota unit Radwan Hizbullah ketika mereka sedang mengadakan pertemuan.
Laporan media, yang mengutip sumber-sumber Lebanon, mengatakan bahwa Aqil, yang dikenal sebagai “Haji Tahseen”, dibebaskan dari rumah sakit pagi ini setelah terluka dalam ledakan bom, hanya untuk kemudian terbunuh dalam sebuah serangan Israel di Distrik Dahieh.
Sky News Arabia juga melaporkan bahwa ada berita bahwa Mohammad Reza, wakil komandan Pasukan Quds Korps Garda Revolusi Iran, terbunuh dalam serangan Israel di Beirut.