REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Kampanye vaksinasi polio telah dimulai di jalur Gaza. Kampanye ini menjadi salah satu upaya otoritas kesehatan untuk memvaksinasi 640 ribu anak-anak Palestina.
Menurut WHO, kampanye ini menargetkan anak-anak di bawah usia 10 tahun dengan tujuan mencapai setidaknya 90 persen cakupan vaksinasi. Setiap anak akan menerima dua tetes vaksin polio oral dalam dua putaran, di mana putaran kedua akan diberikan empat pekam setelah putaran pertama, Kampanye ini melibatkan lebih dari 2.100 tenaga kesehatan dari badan-badan PBB dan Kementerian Kesehatan Gaza.
“Kampanye ini akan dimulai di wilayah tengah Gaza, kemudian berlanjut ke bagian Selatan dan terakhir ke bagian Utara Jalur Gaza,” kata Direktur Jenderal WHO, Teodros Ghebreyesus, seperti dilansir Euronews, Ahad (1/9/2024).
Langkah ini dilakukan setelah kasus polio pertama dalam 25 tahun terakhir dilaporkan di Gaza, yang melibatkan seorang anak laki-laki berusia 10 bulan yang kini mengalami kelumpuhan pada satu kakinya. WHO menyebut bahwa adanya satu kasus kelumpuhan mengindikasikan kemungkinan adanya ratusan kasus lain, di mana anak-anak telah terinfeksi namun tidak menunjukkan gejala.
Sebagian besar orang yang terkena polio tidak mengalami gejala, dan mereka yang mengalami gejala biasanya sembuh dalam waktu sekitar satu minggu. Namun, polio tidak memiliki obat, dan jika menyebabkan kelumpuhan, kondisi ini biasanya bersifat permanen. Lalu Jika kelumpuhan memengaruhi otot pernapasan, penyakit ini bisa berakibat fatal.
Para pengamat memperingatkan bahwa upaya vaksinasi ini tidak akan mudah karena sebagian besar jalan di Gaza hancur, rumah sakitnya rusak parah, serta populasi yang tersebar di kantong-kantong yang terisolasi. PBB memperkirakan sekitar 65 persen dari total jaringan jalan di Gaza telah rusak dan 19 dari 36 rumah sakit di wilayah tersebut tidak berfungsi.
Bagian utara wilayah ini terputus dari selatan, dan perjalanan antara kedua wilayah tersebut telah menjadi tantangan selama perang karena operasi militer Israel. Kelompok-kelompok bantuan harus menangguhkan perjalanan karena masalah keamanan setelah konvoi-konvoi mereka menjadi sasaran militer Israel.
Gencatan senjata selama tiga hari telah disepakati untuk kampanye vaksinasi. WHO mengatakan pada Kamis lalu, mereka telah mencapai kesepakatan dengan Israel untuk menghentikan pertempuran secara terbatas agar kampanye vaksinasi dapat dilakukan.
Menurut WHO, menggelar kampanye vaksinasi apa pun di jalur Gaza akan menghadapi tantangan besar, terutama karena 90 persen penduduk Palestina saat ini mengungsi. Dalam pernyataan pertama terkait kampanye vaksinasi ini, Israel mengatakan pada hari Sabtu bahwa program vaksinasi akan terus berlanjut hingga 9 September dan berlangsung selama delapan jam sehari. Mereka setuju untuk menghentikan pertempuran antara pukul 6 pagi dan 3 sore selama tiga hari, dengan kemungkinan perpanjangan satu hari.
Namun UNICEF menyatakan bahwa pengaturan ini tidak cukup untuk memastikan cakupan vaksinasi yang memadai. “Karena kondisi keamanan, kerusakan jalan dan infrastruktur, serta perpindahan penduduk yang terus menerus, tidak mungkin melakukan kampanye hanya selama tiga hari di setiap daerah akan cukup untuk mencapai cakupan vaksinasi yang memadai,” kata badan PBB tersebut.