Jumat 12 Dec 2025 14:57 WIB

Lebih dari 800 Ribu Warga Aceh Masih Mengungsi

Upaya penanganan darurat terus dilakukan pemerintah.

Sejumlah warga korban banjir berada di dalam tenda pengungsian di Desa Pasi Leuhan, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27/11/2025). Banjir yang disebabkan tingginya intensitas hujan dan meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Woyla dan Meureubo mengakibatkan 2.652 rumah warga terendam banjir serta ratusan warga terpaksa mengungsi karena debit air semakin meningkat yang berkisar 100 centimeter hingga 150 centimeter.
Foto: ANTARA FOTO/Syifa Yulinnas
Sejumlah warga korban banjir berada di dalam tenda pengungsian di Desa Pasi Leuhan, Johan Pahlawan, Aceh Barat, Aceh, Kamis (27/11/2025). Banjir yang disebabkan tingginya intensitas hujan dan meluapnya Daerah Aliran Sungai (DAS) Woyla dan Meureubo mengakibatkan 2.652 rumah warga terendam banjir serta ratusan warga terpaksa mengungsi karena debit air semakin meningkat yang berkisar 100 centimeter hingga 150 centimeter.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA — Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat sebanyak 817.742 jiwa masih mengungsi akibat banjir bandang yang melanda sejumlah wilayah di Aceh dua pekan terakhir. Jumlah pengungsi yang besar ini mencerminkan luasnya dampak bencana terhadap permukiman dan infrastruktur dasar di provinsi tersebut.

Kepala Pusat Data, Informasi, dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari mengatakan, korban meninggal dunia tercatat 407 orang, sementara 31 orang masih dinyatakan hilang. Pemerintah, kata Abdul, terus melakukan penanganan darurat untuk memastikan akses logistik dan mobilitas warga terdampak tetap berjalan.

Baca Juga

“Upaya penanganan darurat terus dilakukan pemerintah, termasuk percepatan pembangunan jembatan bailey pada beberapa ruas terdampak untuk memulihkan akses transportasi,” kata Abdul, Jumat (12/12/2025).

Abdul menjelaskan, kerusakan infrastruktur, khususnya jembatan, berdampak langsung terhadap distribusi bantuan dan akses menuju lokasi pengungsian di Bireuen, Aceh Tengah, dan wilayah sekitarnya. Kondisi tersebut membuat proses penyaluran logistik membutuhkan waktu lebih lama.

BNPB bersama Batalyon Zeni Tempur Tentara Nasional Indonesia dan Kementerian Pekerjaan Umum mempercepat pemasangan jembatan bailey di tiga titik terdampak parah di Kabupaten Bireuen. Jembatan Teupin Reudeup sepanjang 30 meter telah mencapai progres 77 persen, sementara Jembatan Teupin Mane mencapai 85 persen dengan dukungan material dari Kementerian Pekerjaan Umum.

Sementara itu, Jembatan Kutablang di Kecamatan Krueng Tikeum yang menjadi jalur utama Bireuen–Lhokseumawe baru mencapai progres 17,5 persen.

Di Aceh Tengah, pembangunan Jembatan Jeurata yang menghubungkan Pidie dan Takengon juga mulai dikerjakan dengan progres awal satu persen.

Abdul menegaskan percepatan pembangunan jembatan darurat menjadi krusial karena seluruh jembatan bailey dirancang menopang beban hingga 50 ton. Kapasitas tersebut diperlukan agar kendaraan logistik dan operasional penanganan bencana dapat segera menjangkau wilayah terdampak.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement