Senin 22 Jul 2024 13:32 WIB

Saat Bung Karno Bikin Olimpiade Tandingan Karena Boikot Israel

Indonesia memboikot Israel pada Asian Games 1962 di Jakarta.

Atlet Indonesia, Harun Al-Rasjid, membawa obor di Ganefo I di Gelora Bung Karno, 10 November 1963.
Foto: IPPHOS
Atlet Indonesia, Harun Al-Rasjid, membawa obor di Ganefo I di Gelora Bung Karno, 10 November 1963.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Pada Ahad (21/7/2024) sejumlah tokoh nasional bergabung dalam gerakan menyeru pemboikotan Israel dari Olimpiade 2024 di Paris, Prancis. Genosida yang dilakukan Israel di Jalur Gaza, yang juga menewaskan ratusan atlet jadi alasannya.

Sikap ini bukannya tak punya preseden dalam sejarah. Pada masa Presiden Sukarno, ia rela menghadapi tantangan keras dari Komite Olimpiade Internasional (KOI), karena  menolak kehadiran Israel dan Taiwan pada Asian Games IV di Jakarta pada 1962.

Baca Juga

Penolakan terhadap Israel itu sebagai rasa solidaritas bangsa Indonesia terhadap rakyat Palestina dan Arab. Sedangkan penolakan terhadap Taiwan, karena kedekatan Indonesia terhadap Republik Rakyat Cina. 

Keadaan tersebut menyebabkan terjadinya Peristiwa Sondhy, merujuk nama seorang petinggi KOI yang kebetulan berkebangsaan India. Bukan hanya Bung Karno, tapi rakyat Indonesia menjadi marah besar ketika Sondhy menyatakan bahwa legitimasi AG IV Jakarta harus dipertanyakan. Ketika itu, Sondhy tengah berada di Jakarta menghadiri pertandingan-pertandingan. 

Sondhy terpaksa harus keluar dari Indonesia, karena demonstrasi dari rakyat -- terutama kelompok kiri dan kemarahan dari pemerintah Indonesia. Alwi Shahab (semoga Allah merahmatinya), wartawan senior Republika mengenang, saat itu demo-demo anti-India marak di mana-mana. Dan, yang paling berdebar-debar tentu saja para keturunan India pemilik toko di Pasar Baru, Jakarta Pusat.

Dalam tulisannya di Harian Republika pada 2002, Abah Alwi menuturkan bahwa terhadap reaksi KOI tersebut, Bung Karno juga melakukan perlawanan keras. Ia bukan saja tidak mengakui komite tertinggi olahraga dunia itu, tapi membuat komite tandingan. Sambil menuduh KOI sebagai alat imperialis. Dengan membagi dunia dalam dua kelompok Nefos (negara berkembang dan dunia ketiga) dan Oldefos (negara imperialis) Bung Karno menyelenggarakan Ganefo (Games of the New Emerging Forcing) pada November 1963 di Jakarta.

Walaupun mendapat ancaman dari KOI pesertanya tidak boleh turut dalam Olimpiade tapi Ganefo yang dimaksudkan untuk menandingi Olimpiade berlangsung sukses. Diikuti 2.200 atlet dari 48 negara Asia, Afrika, Amerika Latin dan Eropa. Helatan bersejarah itu juga mengundang satu kontingen istimewa, yakni “Arab Palestina”.

Sebelumnya, pada 1957, ketika kesebelasan PSSI lolos di zona Asia dan tinggal menghadapi Israel untuk ikut ke Piala Dunia, Indonesia menolak untuk main di Jakarta atau di Tel Aviv. Indonesia hanya mau bermain di tempat netral, tanpa lagu kebangsaan. Namun, Federasi Sepak Bola Dunia  (FIFA) menolak usul RI. Akibatnya Indonesia terhambat ke Piala Dunia. 

Ketika Indonesia keluar dari PBB pada 7 Januari 1964, salah satu alasan Bung Karno adalah, "Dengan menguntungkan Israel dan merugikan negara Arab (termasuk Palestina), PBB nyata-nyata menguntungkan imperialisme dan merugikan kemerdekaan bangsa-bangsa." Bung Karno menuduh PBB merupakan kepanjangan tangan AS dan sekutunya, menamakan PBB lebih jelek dari mimbar omong kosong. 

Prediksi Bung Karno jadi kenyataan... baca halaman selanjutnya

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement