Jumat 05 Jul 2024 15:30 WIB

Punya Lukisan Gua Berumur 51 Ribu Tahun, Maros Ingin Jadi Kota Suci Prasejarah Indonesia

Bupati berharap situs situs gua karst dijaga kelestariannya

Built karst letak Situs Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan. Di dalam bukit ini, arkeolog BRIN dan Griffith University menemukan lukisan gua tertua di dunia.
Foto: BRIN
Built karst letak Situs Leang Karampuang, Maros, Sulawesi Selatan. Di dalam bukit ini, arkeolog BRIN dan Griffith University menemukan lukisan gua tertua di dunia.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA – Bupati Kabupaten Maros Chaidir Syam menyambut gembira temuan terbaru pertanggalan lukisan purba di gua-gua prasejarah di daerahnya. Dari paparan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) terungkap bahwa kawasan Maros dan sekitarnya sudah dihuni oleh manusia dengan peradaban seni yang tinggi. Ia pun berharap agar situs-situs prasejarah di Maros harus tetap dijaga.

Pesan ini disampaikan Chaidir di tengah-tengah paparan temuan arkeologi oleh BRIN bekerja sama dengan Griffith University Australia dan Google, Kamis (4/7/2024) pagi. Chaidir berbicara melalui sambungan video internet. Ia tak bisa datang ke Jakarta karena pada saat yang sama, Kabupaten Maros tengah merayakan hari jadi ke-65.

Baca Juga

“Ini kado terindah untuk kami. Terimakasih kepada tim peneliti arkeologi. Karena lukisan gua di Maros sebagai bukti lukisan manusia prasejarah tertua di dunia,” kata Chaidir.

Tim Peneliti dari Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), bekerja sama dengan Griffith University dan Southern Cross University, Australia menemukan lukisan gua atau gambar cadas tertua di Indonesia, yang setidaknya berusia 51.200 tahun.

Lukisan gua atau gambar cadas yang terdiri atas sejumlah gambar ilustrasi orang, anoa, dan babi tersebut ditemukan di gua kapur yang terletak di Leang Karampuang, Maros-Pangkep, Sulawesi Selatan.

"Penemuan ini merupakan seni cadas pertama di Indonesia yang umurnya melampaui 50.000 tahun," kata Ketua Tim Penelitian dari BRIN, Adhi Agus Oktaviana di Jakarta, Kamis.

Oktaviana menilai penemuan ini memiliki implikasi penting terkait pemahaman mengenai asal-usul seni paling awal.

Ia menjelaskan adanya gambar anoa dan manusia yang lebih banyak mengindikasikan adanya upaya orang di zaman dahulu untuk mengomunikasikan pesan bahwa pada masa itu anoa cukup berbahaya, sehingga orang pada zaman itu harus bersama-sama dalam memburu anoa, meskipun ada pendapat lain yang mengindikasikan gambar tersebut memiliki makna spiritual tertentu.

Oktaviana menyebut penemuan timnya ini mengindikasikan bahwa lukisan gua yang bersifat naratif merupakan bagian penting dalam budaya seni manusia awal Indonesia pada masa itu.

Bupati Chaidir menambahkan, lukisan gua di daerahnya menjadi bukti bagaimana kemampuan awal leluhur manusia Sulawesi. Karena itu lokasi penemuannya, yakni berupa gua karst, amat penting dijaga dan dirawat agar generasi yang akan datang tetap bisa melihat. 

Dengan potensi gua-gua yang dihuni manusia cerdas sejak masa prasejarah itu, Chaidir menilai daerahnya bisa menjadi pusat studi prasejarah. “Kabupaten Maros ini bisa jadi kota suci prasejarah di Indonesia,” kata Chaidir sambil tersenyum.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement