REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hubungan dagang antara masyarakat Arab dan Anak Benua India telah terjalin ratusan tahun sebelum Nabi Muhammad SAW lahir. Pada masa kehidupan Sang Rasul, Islam mulai menyebar di India berkat peran kaum saudagar Arab.
Melalui jalur maritim, mereka menyampaikan dakwah, terutama setelah bermukim di pesisir barat India, antara lain, Malabar dan Gujarat. Masjid pertama di India, Syiraman Jum'ah, yang berlokasi di Kodungalloor, Kerala, dibangun pada 629 atau hanya beberapa tahun menjelang wafatnya Rasulullah SAW.
Sekitar seratus tahun setelah itu, wilayah kekuasaan kaum Muslim meluas dari Afrika utara di barat hingga lembah Sungai Indus di timur. Kontak antara penguasa Muslim dan Hindu di India utara berjalan seiring interaksi kaum pedagang Arab yang telah berabad-abad silam terjalin dengan masyarakat pantai India. Sejak abad kedelapan, agama Islam dapat dikatakan telah menyebar secara berangsur- angsur di seluruh negeri tersebut
Menurut Irfan A Omar dalam Encyclopedia of India (2006), kalangan sufi dan terpelajar memegang peran paling penting dalam memperkenalkan Islam di India. Melalui mereka, Islam disebarluaskan secara relatif damai.
Mereka terlibat dalam aktivitas keilmuan dan spiritual yang sejak berabad-abad silam sudah bergeliat di kawasan Asia Selatan. Sejak 2.300 tahun sebelum Masehi (SM), lembah Sungai Indus, yang darinya nama India berasal, telah memunculkan salah satu peradaban paling tua di dunia, sezaman dengan Mesir Kuno dan Mesopotamia (Irak). Peradaban India unggul terutama dalam bidang keilmuan, seperti matematika, medis, sastra, dan filsafat.
Sejak abad kedelapan, banyak sufi dari negeri-negeri luar berpindah ke India. Kekayaan budaya India tampaknya menarik minat mereka untuk mempelajarinya secara langsung.
Beberapa dari mereka kemudian menikah dengan perempuan lokal sehingga berbaur dengan penduduk setempat. Kaum sufi menjalankan tarekat yang, antara lain, berupa hidup secara zuhud. Praktik serupa itu sesungguhnya telah dikenal masyarakat religius India pemeluk agama-agama lain jauh sebelum kedatangan Islam.
Di antara para salik yang terkenal adalah Ali bin Utsman al-Hujwiri (1009-1073).Penulis kitab Kasyf al-Mahjub (Menguak yang Tersembunyi) itu merupakan sufi pengelana sebelum pada akhirnya menetap di Lahore (kini Pakistan).
Di kota tersebut, dia mengajarkan tasawuf dengan cara yang mengundang simpati penduduk setempat.Sejumlah sejarawan menyebutkan, al-Hujwiri merupakan salah satu perintis dakwah Islam yang paling berpengaruh di Anak Benua India.
Tarekat Chistiyah juga memelopori penyebaran Islam di India. Khwaja Muinuddin (1142-1236) memperkenalkan gerakan tersebut ke Ajmer, salah satu pusat agama Hindu, pada abad ke-13.
Selanjutnya, sufi-sufi Chistiyah cenderung dihormati, bukan hanya oleh umat Islam, melainkan juga kaum Hindu setempat. Makam mereka kerap menjadi persinggahan dua umat agama tersebut di India.
Sepertinya, tarekat Chistiyah mendapat penerimaan luas publik India yang sedemikian heterogen karena mengajarkan tema universal, seperti cinta dan toleransi. Selain itu, para sufinya juga menggunakan musik yang menarik hati pendengarnya dari lintas kalangan. Kelompok tasawuf ini dibentuk sejak awal abad ke-10 oleh Abu Ishaq as- Syami di kota kecil Chist (kini Afghanistan).
Masyarakat India mulai mengenal teks-teks Arab dan Persia berkat dakwah Islam.Di samping itu, tidak sedikit kalangan sufi menulis dalam bahasa-bahasa lokal, seperti Punjabi, Sindi, Bengal, dan Urdu.
Dengan demikian, persebaran Islam di negeri ini tidak lantas identik dengan dominasi budaya Arab atau Persia, melainkan lebih sebagai perpaduan dengan unsur- unsur setempat. Pada akhirnya, rezim kekuasaan Islam pada masa itu menjadikan Urdu sebagai bahasa utama.