Senin 11 Mar 2024 13:19 WIB

Kriminolog Soroti Fenomena Bunuh Diri Satu Keluarga Terjadi di Kalangan Kelas Menengah

Empat orang dalam satu keluarga melakukan bunuh diri di sebuah apartemen di Jakut.

Warga berdoa di sekitar TKP sekeluarga bunuh diri, Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, Ahad (10/3/2024).
Foto:

Adapun, kriminolog Haniva Hasna menyoroti, anak-anak yang masuk ke dalam kelompok rentan terhadap kekerasan. Menurutnya, penyebabnya adalah anak-anak belum mampu menolak dan belum mampu melakukan pembelaan.

Oleh karena itu, dia menekankan pentingnya mempersiapkan diri untuk menjadi orang tua. Menurut dia, tugas orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan agar masing-masing anggota keluarga dalam kondisi sehat mental.

“Jadi yang harus dilakukan adalah mempersiapkan diri menjadi orang tua yang normal saja. Tugas orang tua atau pasangan adalah menjaga keharmonisan agar masing masing anggota keluarga dalam kondisi sehat mental,” ujar Haniva, Ahad (10/11/2024).

Lebih lanjut Haniva menuturkan, anggota keluarga yang sehat mental dapat ditandai dengan sejumlah hal. Pertama, memiliki kemampuan sosialisasi yang baik. Kedua, kondisi finansial yang aman. Ketiga, kesehatan fisik yang terjaga.

“Serta kondisi spiritual yang teraplikasikan dengan benar dalam kehidupan sehari-hari,” jelas Haniva.

Haniva juga mengungkapkan sejumlah sebab orang tua rela membunuh anaknya. Tapi, kata dia, pada intinya pasti ada masalah berat yang tengah dialami oleh keluarga hingga melakukan aksi bunuh diri bersama.

“Apa pun itu, yang jelas ada masalah berat yang sedang dialami oleh keluarga tersebut hingga melakukan aksi bunuh diri bersama,” kata dia.

Dia mengatakan, ada beberapa sebab orang tua tega membunuh anaknya. Pertama terkait dengan altruistik, yakni tindakan sukarela yang dilakukan seseorang atau sekelompok orang untuk menolong orang lain tanpa mengharapkan imbalan apa pun.

“Yaitu orang tua yang membunuh anak karena cinta yang sangat besar, orang tua tidak rela anaknya menderita, baik karena kondisi cacat, kemiskinan atau permasalahan hidup,” jelas Haniva.

Sebab lainnya adalah acutely psychotic. Dia menejelaskan, itu adalah kondisi di mana orang tua megalami gangguan jiwa, dengan gejala berupa delusi, halusinasi, bahkan bisikan dari Tuhan untuk membunuh anaknya.

Dia melihat korban bunuh diri di Apartemen Penjaringan sudah melakukan perencanaan matang dengan tingkat keikhlasan yang tinggi. Hal itu terlihat dari apa yang korban lakukan sebelum melakukan aksi bunuh diri, yakni melakukan salam perpisahan dengan keluarganya.

“Tampaknya sudah dilakukan perencanaan yang matang dengan level keikhlasan yang tinggi hingga sempat melakukan salam perpisahan sebelum melakukan aksi bunuh diri,” ucap Haniva.

Dia mengatakan, tindakan bunuh diri yang para korban lakukan dianggap sebagai bentuk kekompakan dalam menghadapi masalah yang sangat besar sehingga harus dipikul bersama. Mereka sudah mengukur sumber daya atau kekuatan diri hingga risiko dari aksinya. 

“Tujuan melompat adalah mengakhiri hidup yang mungkin sebagai pilihan akhir dari berbagai pilihan lain seperti minum racun, tidak makan selama sekian hari, menabrakkan diri menggunakan kendaraan, berdiam diri dalam ruangan berasap karena kebakaran, dan lain-lain,” jelas dia.

 

Kehidupan adalah anugerah berharga dari Allah SWT. Segera ajak bicara kerabat, teman-teman, ustaz/ustazah, pendeta, atau pemuka agama lainnya untuk menenangkan diri jika Anda memiliki gagasan bunuh diri. Konsultasi kesehatan jiwa bisa diakses di hotline 119 extension 8 yang disediakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes). Hotline Kesehatan Jiwa Kemenkes juga bisa dihubungi pada 021-500-454. BPJS Kesehatan juga membiayai penuh konsultasi dan perawatan kejiwaan di faskes penyedia layanan
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement