REPUBLIKA.CO.ID, Di bagian atap atau roof top apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, sebuah kelenteng berdiri. Kelenteng itu kerap dikunjungi oleh jemaat yang ingin bersembahyang, termasuk mereka warga apartemen.
Ornamen merah dan gambar naga begitu kental di kelenteng tersebut. Bau asap hio juga terasa menyengat seperti kelenteng pada umumnya.
Namun di balik kesyahduan suasana rumah ibadat tersebut, sebuah tragedi terjadi. Satu keluarga yang terdiri ayah, ibu, dan kedua anaknya nekat bunuh diri dari sisi bagian roof top yang tak jauh dari pusat persembahayang kelenteng pada Sabtu (9/3/2024).
Seorang petugas kelenteng yang sudah tak lagi muda mengatakan, bahwa seorang perempuan, salah satu pelaku bunuh diri, sempat berkunjung ke kelenteng tersebut. Wanita itu ditengarai adalah istri dan ibu dari kedua anak tersebut. "Sembahyang perempuan satu," kata lelaki yang menjaga kelenteng itu bertahun-tahun, kemarin.
Penjaga itu bahkan sempat menawarkan hio ke perempuan tersebut. Namun perempuan itu menolak. Korban hanya sembahyang menggunakan tangan.
Di sisi lain, tiga orang anggota keluarganya masih menunggu di tangga. Ketiga anggota keluarga itu duduk di sebuah kursi kayu sambil menunggu sang ibu selesai sembahyang.
Menurut keterangan penjaga, anak perempuan dari ibu itu sempat menaruh uang sebesar Rp 50 ribu. Setelah itu, ia tak tahu perginya keluarga tersebut. Namun, tas bawaan keluarga itu masih tertinggal di kursi kayu dekat tangga darurat.
Ditengarai,korban diduga melompat dari halaman klenteng, yang berada di sebelah kanan dari arah tangga darurat. Mereka nekat lompat dari lantai paling atas hingga akhirnya meninggal dunia.
Faktor ekonomi ditengarai menjadi penyebab korban melakukan aksi bunuh diri secara bersamaan itu. Menurut keterangan tetangga, korban sempat meminjam uang. "Akhir-akhir ini juga sering pinjam, tapi kemampuan (kami) terbatas. Pinjam dicuekin. Kalau ada uang ya dikasih, tapi (saya lihat) terdesak sekali," kata lelaki itu.
Ia juga mengaku unit korban sering didatangi orang, yang diduga hendak menagih utang. Orang yang datang ke unit apartemen korban itu dinilai sedikit kasar. Bahkan, suaranya sempat mengganggu tetangga di sekitar.
Menurut dia, rumah korban sudah disita oleh bank. Korban mengaku hendak pindah ke Solo, Jawa Tengah, pada tahun lalu. Korban juga dinilai jarang menempati unitnya di Apartemen Teluk Intan.
Pakar kriminologi dari Universitas Indonesia (UI) Adrianus Meliala menganalisa kematian satu keluarga yang terdiri dari empat orang di Apartemen Teluk Intan Penjaringan lewat aksi bunuh diri. Adrianus menduga ada masalah besar yang melatarbelakangi keputusan mengakhiri hidup itu.
"Saya pikir tidak ada orang yang bahagia mau bunuh diri pastinya, jadi pelaku ini orang yang memiliki masalah berat atau merasa masalah yang dipunyainya berat. Seperti itu ya," kata Adrianus saat dikonfirmasi pada Senin (11/3/2024).
Adrianus mendorong polisi menelusuri masalah berat tersebut hingga menyebabkan sekeluarga bunuh diri. Adrianus mengendus adanya kemungkinan masalah berat yang ditanggung sekeluarga.
Pihak kepolisian mengungkapkan, empat korban bunuh diri yang melompat dari Apartemen Teluk Intan, Penjaringan, Jakarta Utara, diketahui pernah menempati salah satu unit di apartemen itu. Tapi, terakhir kali mereka menempati unit tersebut sekitar dua tahun lalu sebelum akhirnya kembali kemarin.
"Hasil sementara keterangan saksi-saksi yang sudah kita ambil, mereka menyatakan para korban ini sudah lama tidak menempati salah satu tempat tinggalnya yang ada di apartemen ini, sudah 2 tahun. Baru hari ini kembali lagi ke apartemen,” kata Kapolsek Metro Penjaringan Kompol Agus Ady Wijaya di Jakarta, Sabtu (9/3/2024).