Kamis 08 Feb 2024 19:01 WIB

SBY Sebut 50 Negara Gelar Pemilu 2024, Begini Keterkaitan Hal itu dengan Indonesia

SBY jelaskan landskap baru politik global terbentuk tahun ini.

Rep: Febryan A/ Red: Erdy Nasrul
Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato politiknya di Avenzel Hotel, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/2/2024), tepat tujuh hari jelang pemungutan suara Pemilu 2024.
Foto: Republika/Febryan A
Presiden RI ke-6 sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) saat menyampaikan pidato politiknya di Avenzel Hotel, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/2/2024), tepat tujuh hari jelang pemungutan suara Pemilu 2024.

REPUBLIKA.CO.ID, BEKASI -- Presiden keenam RI sekaligus Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyebut lebih dari 50 negara, yang dihuni dua miliar lebih manusia, menggelar pemilu tahun 2024 ini. Tiga di antaranya adalah negara demokrasi terbesar di dunia.

Ketiganya adalah India, Amerika Serikat, dan Indonesia. Karena itu, SBY memprediksi akan terbentuk lanskap politik global baru dalam tahun ini.

Baca Juga

"Pascapemilihan umum tahun ini, diperkirakan landscape politik global yang baru akan terbentuk. Mudah-mudahan tidak justru menimbulkan hal-hal yang lebih buruk," kata SBY ketika menyampaikan pidato politiknya di Avenzel Hotel, Kota Bekasi, Jawa Barat, Rabu (7/2/2024), tepat tujuh hari jelang pemungutan suara Pemilu 2024.

SBY menyebut "hal-hal lebih buruk" karena saat ini dunia sudah penuh dengan permasalahan, risiko dan ketidakpastian. Pasalnya, geopolitik dan keamanan internasional makin memburuk, perekonomian dunia makin sering mengalami goncangan, serta krisis iklim dan lingkungan makin mengancam keselamatan bumi.

Di Indonesia sendiri, lanjut dia, rakyat dalam lima tahun terakhir mengalami hidup yang sulit. Musababnya, adanya pandemi Covid-19, melambatnya ekonomi, dan menurunnya tingkat kesejahteraan.

Karena itu, ujar SBY, di Indonesia dan puluhan negara lain yang menggelar pemilu tahun ini muncul harapan besar. Rakyat Indonesia berharap setelah pemilu ini nasib dan masa depannya lebih baik. 

"Rakyat berharap, lima tahun mendatang negaranya makin maju, makin damai, makin adil dan makin sejahtera," ujarnya.

Lebih lanjut, SBY mengatakan bahwa rakyat menaruh harapan sangat besar kepada pemimpin bangsa yang baru, dan juga kepada para wakilnya di DPR dan DPD nanti. Oleh sebab itu, presiden dua periode itu mengingatkan semua peserta pemilu bahwa memenangi pemilihan bukanlah tujuan akhir.

Adapun tujuan akhir yang benar adalah meningkatkan taraf hidup rakyat, menghadirkan keadilan, meningkatkan kualitas demokrasi, dan mengatasi krisis lingkungan dengan serius. Intinya, kata dia, pemimpin Indonesia mendatang harus bisa membuat rakyat kita punya harapan dan keyakinan bahwa hidupnya akan makin baik. 

"Harapan dan keyakinan ini penting, agar rakyat kita, terlebih kaum yang kurang mampu, tidak cemas dan tidak gamang menghadapi masa depannya," kata SBY.

Oleh karena itu, lanjut dia, siapapun yang terpilih dan menang dalam pemilu nanti mesti menyadari bahwa memikul tugas dan tanggung jawab besar. Pemimpin terpilih tak boleh menyia-nyiakan kepercayaan rakyat.

"Kekuasaan politik yang didapatkan bukanlah untuk dirayakan dan dipestakan. Kekuasaan itu amanah. Kekuasaan itu tugas. Kekuasaan itu hakikatnya tanggung jawab," kata mantan perwira tinggi TNI AD itu.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement