Kamis 01 Feb 2024 19:57 WIB

Sebanyak 137 Pengungsi Rohingya Kembali Tiba di Aceh 

Kedatangan gelombang pengungsi Rohingya ke Aceh diketahui mulai menghadapi penolakan.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Andri Saubani
Sejumlah imigran etnis Rohingya berkumpul di dekat tenda darurat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (17/1/2024). Sebanyak 157 imigran etnis Rohingya yang terdampar di kawasan tersebut berharap dapat menetap lebih lama setelah diberikan waktu hingga 14 Januari 2024 oleh pemerintah dan warga setempat.
Foto: ANTARA FOTO/Fransisco Carolio
Sejumlah imigran etnis Rohingya berkumpul di dekat tenda darurat di Desa Karang Gading, Labuhan Deli, Deli Serdang, Sumatera Utara, Rabu (17/1/2024). Sebanyak 157 imigran etnis Rohingya yang terdampar di kawasan tersebut berharap dapat menetap lebih lama setelah diberikan waktu hingga 14 Januari 2024 oleh pemerintah dan warga setempat.

REPUBLIKA.CO.ID, ACEH – Sebanyak 137 orang Rohingya kembali mendarat di Aceh, Kamis (1/2/2024) pagi. Kedatangan gelombang pengungsi Rohingya ke Aceh diketahui mulai menghadapi penolakan dari sekelompok warga.

Rekan perlindungan Komisioner Tinggi PBB untuk Pengungsi (UNHCR) di Indonesia, Faisal Rahman, mengatakan, ke-137 orang Rohingya itu mendarat di wilayah Aceh Timur, tepatnya di Desa Kuala Parek, Kecamatan Sungai Raya. Saat ini perwakilan UNHCR sedang berkoordinasi dengan otoritas setempat untuk menempatkan orang-orang Rohingya tersebut.

Baca Juga

Menurut Faisal, saat ini ke-137 orang Rohingya itu masih berada di lokasi pendaratan. Menurut data, ini adalah kali ketiga kapal yang mengangkut warga Rohingya mendarat di Aceh Timur sejak November 2023. Lebih dari 1.500 orang Rohingya telah mendarat di Aceh sejak November tahun lalu.

Padabulan lalu Pemerintah Indonesia meminta negara-negara pihak dalam Konvensi 1951 tentang Status Pengungsi menunjukkan tanggung jawab lebih dalam penanganan krisis pengungsi Rohingya. Hal itu disampaikan menyusul arus pengungsi Rohingya yang terus mendarat di Aceh.

“Sebagai negara yang bukan pihak dalam Konvensi Pengungsi, Indonesia terus menyampaikan permohonan kepada negara-negara pihak (Konvensi Pengungsi) untuk menunjukkan tanggung jawab lebih besar dalam upaya menangani pengungsi Rohingya ini,” kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI Lalu Muhamad Iqbal dalam pengarahan pers pada12 Desember 2023.

Lalu menyebut terdapat negara-negara pihak Konvensi 1951 yang menolak kedatangan pengungsi Rohingya. “Bahkan sebagian melakukan push back policy. Itu sebabnya, Indonesia sekali lagi meminta agar komunitas internasional dan negara-negara yang menjadi pihak di dalam Konvensi Pengungsi untuk menunjukkan tanggung jawab lebih dalam penanganan isu Rohingya ini,” ucapnya

 

Dia mengungkapkan, Indonesia terus melakukan kerja sama dengan organisasi internasional, khususnya UNHCR dan IOM, untuk menangani isu pengungsi Rohingya yang telah mendarat di Aceh. “Koordinasi itu terus dilakukan, baik di level PBB maupun di lapangan,” ujar Lalu.

Menurut Lalu, UNHCR sudah menyampaikan komitmennya untuk mempertimbangkan pemukiman kembali para pengungsi Rohingya. Dalam pengarahan pers pada 12 Desember 2023, Lalu pun sempat merespons pertanyaan tentang wacana menempatkan para pengungsi Rohingya di Aceh di Pulau Galang. “Semua opsi ada di dalam pembahasan kita. Tapi fokus kita tidak ke situ saat ini. Fokus kita adalah bagaimana menyelesaikan situasinya di Aceh,” ucapnya.

 

Dia kemudian menekankan kembali bahwa untuk menangani krisis pengungsi Rohingya, yang harus diatasi adalah akar masalahnya. “Dan akar masalahnya adalah konflik di Myanmar yang hingga saat ini belum selesai. Indonesia akan melakukan semua kemampuannya untuk membantu agar konflik di Myanmar dapat segera diselesaikan, dan demokrasi segera dipulihkan,” kata Lalu. 

photo
Aliran Pengungsi Rohingya - (Republika)

 

sumber : Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement