REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Media baru seperti media sosial turut menjadi rujukan pemilih untuk mencari informasi terkait dengan pemilihan umum (pemilu). Selain itu, media sosial memiliki daya untuk mempengaruhi pilihan masyarakat di bilik suara yang bisa menentukan suatu pemenangan dalam pemilu.
Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki penggunaan internet tertinggi. Fenomena yang terjadi di masyarakat bahwa informasi yang mereka dapatkan melalui media sosial bisa menjadi rujukan dalam menentukan pilihan, bahkan mengubah pilihan mereka.
Media sosial menjadi yang paling banyak diakses oleh masyarakat sehingga media sosial menyimpan dampak terhadap dunia politik, karena penggunanya juga merupakan pemilih dalam sebuah proses politik.
Ketua Program Studi (Kaprodi) MIKOM FISIP UMJ Dr Aminah Swarnawati, mengatakan, saat ini media sosial menjadi komiditi utama bagi Gen-Z dan Milenial dalam berinteraksi sosial. Maka dari itu, media sosial banyak dijadikan alat kampanye bagi aktor politik untuk mendapatkan suara.
"Fenomena itu, menjadi hal yang sangat penting untuk dibahas," kata Aminah, dalam Seminar Nasional bertajuk Politik Media Baru Dalam Pemenangan Pemilu 2024 yang diselenggarakan oleh Magister Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Muhammadiyah Jakarta (MIKOM FISIP UMJ) di Auditorium Kasman Singodimedjo, Selasa (9/1/2024), mengutip keterangan tertulis, Kamis (11/1/2024).
Dekan III FISIP UMJ Dr Fal Harmonis mengatakan bahwa media memiliki kekuatan untuk membentuk opini, sikap, dan perilaku masyarakat terhadap politik. Ia menyebut teori koltivasi effect untuk menggambarkan pengaruh media. Teori itu menjelaskan bahwa pikiran hingga relasi masyarakat akan dipengaruhi oleh media yang dibaca.
Maka dari itu, media sosial juga bisa menjadi pengaruh dalam menentukan pilihan. Di era digital ini, strategi kampanye dengan menggunakan media sosial berpotensi efektif menjangkau konstituen. Hal ini bisa dimanfaatkan untuk meyakinkan pemilih yang belum menentukan pilihan.
"Ketika bermain media sosial kita tidak bisa netral, pasti ada keberpihakan. Maka, kita harus cerdas dalam menggunakannya," ungkap Harmonis.
Kepala Divisi Media Sosial Republika Abdullah Sammy mengatakan bahwa media sosial berpengaruh terhadap pemilu. Ia mengaitkan dengan kasus di negara Filiphina yakni new media terbukti mempengaruhi kemenangan Bongbong Marcos.
"Dia menggunakan gimmick dan soft campaign untuk membangun citranya lewat media sosial," kata Sammy.