Kamis 07 Dec 2023 09:49 WIB

Cerita Warga Lereng Marapi Rela tak ke Ladang demi Bantu Evakuasi

Bagi warga, membantu mengevakuasi korban adalah panggilan kemanusiaan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Agus raharjo
Tim gabungan mengangkat jenazah korban erupsi Gunung Marapi di Nagari Batu Plano, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (5/12/2023). Data SAR Padang menyatakan sebanyak delapan jenazah pendaki berhasil dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Dr Achmad Mochtar di Bukittinggi untuk diidentifikasi.
Foto: EPA-EFE/GIVO ALP
Tim gabungan mengangkat jenazah korban erupsi Gunung Marapi di Nagari Batu Plano, Kabupaten Agam, Sumatera Barat, Selasa (5/12/2023). Data SAR Padang menyatakan sebanyak delapan jenazah pendaki berhasil dievakuasi dan dibawa ke Rumah Sakit Dr Achmad Mochtar di Bukittinggi untuk diidentifikasi.

REPUBLIKA.CO.ID, BUKITTINGGI--Erupsi Gunung Marapi yang terjadi pada Ahad (3/12/2023) kemarin menelan banyak korban. Total ada 75 orang terjebak di puncak gunung saat erupsi terjadi. Dari 75 orang itu, 52 berhasil selamat dan sisanya 23 orang meninggal dunia.

Mendengar banyaknya korban, warga di sekitar lereng Gunung Marapi tergerak untuk membantu tim gabungan untuk membantu melakukan pencarian dan evakuasi korban.

Baca Juga

Rata-rata, masyarakat yang hidup di lereng Gunung Marapi sehari-hari bekerja sebagai petani sayur. Salah satunya adalah Anwar Zain. Anwar mengaku terpanggil untuk turut membantu tim gabungan karena dirinya cukup paham dengan kondisi medan Gunung Marapi.

"Biasanya saya bertani cabe dan tomat. Namun, sudah dua hari tidak bekerja untuk ikut membantu pencarian dan evakuasi korban," kata Anwar, kemarin, Rabu (6/12/2023).

Anwar Zain adalah warga Nagari Batagak, Kecamatan Sungai Pua, Kabupaten Agam. Anwar ikut bolak balik selama beberapa hari terakhir melakukan pencarian. Salah satu jenazah ditemukan Anwar adalah di bawah cadas Gunung Marapi pada Selasa (5/12/2023) kemarin.

"Perjalanan menuju cadas itu sangat ekstrem. Dan selama evakuasi cuaca gerimis sehingga jalan licin," ucap Anwar.

Anwar menambahkan selama upaya evakuasi ini, warga dan juga tim gabungan berpacu dengan waktu. Karena bila turun saat hari sudah gelap atau malam, akan sangat berbahaya apalagi cuaca hujan.

Warga lereng Marapi lainnya, Ismail, juga menceritakan hal senada. Bagi Ismail, panggilan untuk membantu mengevakuasi korban erupsi adalah panggilan kemanusiaan. "Sesama manusia, harus tolong menolong. Dan ini yang bisa kami berikan," kata Ismail.

Ismail merupakan warga Nagari Koto Tuo, Kecamatan IV Koto, Kabupaten Agam. Di nagari tersebut menurut Ismail juga terdapat kelompok siaga bencana Nagari Koto Tuo. Jadi Ismail berangkat membantu evakuasi korban erupsi bersama 16 orang lainnya.

"Ada juga membantu ibu-ibu untuk mengantarkan distribusi bahan pangan buat tim gabungan dan warga yang melakukan evakuasi," ucap Ismail.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement