Senin 20 Nov 2023 18:16 WIB

Survei: Isu Putusan MK dan Politik Dinasti tak Berefek pada Elektabilitas Prabowo-Gibran

Gibran satu-satunya wakil generasi milenial di jajaran paslon Pilpres 2024.

Rep: Eva Rianti/ Red: Agus raharjo
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan hasil survei elektabilitas calon presiden berdasar kesukaan pada presiden sebelumnya, Senin (19/6/2023).
Foto: istimewa/tangkapan layar
Peneliti LSI Denny JA, Adjie Alfaraby memaparkan hasil survei elektabilitas calon presiden berdasar kesukaan pada presiden sebelumnya, Senin (19/6/2023).

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Survei terbaru LSI Denny JA menunjukkan tidak ada dampak yang kentara ihwal isu-isu hukum yang terjadi belakangan ini terhadap elektabilitas pasangan calon presiden dan wakil presiden Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka. Kenyataannya, berdasarkan hasil survei, Prabowo-Gibran tetap menjadi yang paling unggul dibandingkan dua rivalnya dengan angka elektabilitas yang justru meningkat.

Hasil survei LSI Denny JA terbaru menunjukkan, paslon Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming Raka memperoleh angka elektabilitas tertinggi yakni 40,3 persen, disusul Ganjar-Mahfud sebesar 28,6 persen, kemudian AMIN di angka 20,3 persen. Survei itu dilakukan pada 6-13 November 2023 terhadap 1.200 responden tersebut dengan metode multistage random sampling dan wawancara tatap muka. 

Baca Juga

Peneliti LSI Denny JA Adji Al Faraby menjelaskan, ada respons yang berbeda dari para responden mengenai isu-isu hukum yang belakangan hangat. Mulai dari soal putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang melanggengkan keponakan Ketua MK Anwar Usman, Gibran Rakabuming Raka akhirnya maju dalam kontestasi politik. Kemudian isu dinasti politik, serta demokrasi yang terkesan merosot. 

"Kita melihat dengan kuatnya kritik publik terhadap hasil putusan MK, kemudian kritik kelompok berbagai civil society, media, dan lain-lain terhadap isu dinasti, soal isu demokrasi, dan lain-lain, ternyata tidak punya efek elektoral yang kuat terhadap pasangan Prabowo-Gibran. Justru ada kenaikan dari Oktober 2023 kemarin di angka kurang lebih 36 persen, saat ini naik ke angka 40 persen," kata Adji kepada wartawan di Kantor LSI Denny JA, Jakarta Timur, Senin (20/11/2023). 

Adji menjelaskan ada sejumlah faktor yang menyebabkan elektabilitas Prabowo-Gibran terus positif, meski didera banyak isu hukum yang serius. Diantaranya, pertama elektabilitas Prabowo secara individu memang naik. Pada Januari 2023, elektabilitasnya 25,4 persen, Mei 2023 naik jado 33,9 persen, lalu terus merangkak naik menjadi 34,3 persen (Juni 2023), 38,2 persen (Juli 2023), 36,2 persen (Agustus 2023), 39,8 persen (September 2023), 36,5 persen (Oktober 2023), dan secara pribadi Prabowo meraih 41,1 persen pada November 2023 atau naik 4,6 persen dari bulan sebelumnya. 

"Kedua, elektabilitas Prabowo menaik terbanyak di pemilih milenial. Pada Oktober 2023 pemilih Prabowo dari kalangan milenial sebesar 36,9 persen, saat ini di November 2023 pemilih milenial yang memilih Prabowo 41,6 persen. Hal ini bisa terjadi karena Prabowo mengambil cawapres dari kalangan milenial, Gibran Rakabuming Raka," tegasnya.

Gibran diketahui merupakan satu-satunya wakil generasi milenial dalam jajaran paslon capres-cawapres dalam Pilpres 2024. Sementara diketahui jumlah pemilih mayoritas adalah milenial (50 persen dari total pemilih).

"Ketiga, Prabowo makin populer di kalangan wong cilik. Ini juga kantong suara yang sangat besar. Data menunjukkan terjadi peningkatan signifikan pemilih Prabowo di segmen pendidikan taman SD ke bawah dan segmen pendapatan di bawah Rp 2 juta per bulan ke bawah," kata Adji.

Adji menyebut seruan Prabowo melanjutkan program populis Jokowi seperti Kartu Indonesia Sehat (KIS) dan Kartu Indonesia Pintar (KIP) semakin diketahui dan disukai publik. "Keempat, bekerjanya efek atau Gibran's effect. Semakin diserang justru semakin populer. Karena diserang masif, Gibran dibicarakan mulai dari warung kopi hingga kampus, mulai dari Talkshow TV hingga arisan ibu-ibu," ujarnya.

Serangan dan hujatan terhadap Gibran, lanjut Adji justru membuat Gibran makin terkenal. Serangan itu menjadi semacam marketing gratis yang dikerjakan oleh pihak lain, bahkan oleh kubu yang berseberangan dengannya. 

"Tingkat kepuasan pada Gibran memang menurun di segmen pemilig terpelajar, tapi di segmen pemilih kaum muda, dan pemilih yang puas dengan Jokowi (Presiden RI yang juga bapak Gibran Rakabuming Raka) tingkat kepuasan pada Gibran justru menaik," terangnya. 

Adapun faktor terakhir mengenai elektabilitas Prabowo-Gibran yang tetap nomor satu adalah memang isu-isu hukum yang menyerang Gibran tidak memberi dampak yang kentara terhadap elektabilitas pasangan yang diusung Koalisi Indonesia Maju (KIM). 

"Kritik dengan alasan dinasti, KKN, tidak kompeten untuk Gibran ternyata tidak punya efek elektoral yang signifikan secara total. Isu itu hanya populer di kalangan segelintir pemilih terpelajar, yang memang menjauh dari Prabowo-Gibran. Tapi sisi positif Prabowo-Gibran mendatangkan pemilih tambahan dari segmen lain: anak muda, pemilih yang puas pada Jokowi, dan pemilih di Jawa Tengah," ujarnya. 

Mengenai tingkat kepuasan publik (approval rating) terhadap Jokowi, survei LSI Denny JA menunjukkan angkanya relatif stabil. Dari Juni 2023 hingga November 2023 kepuasan terhadap Jokowi tidak pernah di bawah 75 persen. Paling rendah pada Juni 2023 sebesar 76,2 persen. Paling tinggi Juli 2023 80 persen. Saat ini angka approval rating Jokowi di angka 78,6 persen. 

"Sehingga isu-isu itu tidak memengaruhi baik approval rating publik kepada Pak Jokowi maupun elektabilitas dari pasangan Prabowo-Gibran," tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement