REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Dunia dikejutkan dengan perkataan orang kepercayaan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yaitu Menteri Keuangan Bezalel Smotrich. Dia menghina Arab Saudi dengan kata-kata tidak pantas. Smotrich tidak menyukai usulan Saudi agar Israel mengakui Palestina sebagai negara dan dengan begitu Saudi akan ikut dalam Abraham Accord.
Politisi ekstrem itu kemudian menghina Saudi untuk terus naik unta di gurun dan Israel akan terus maju. Israel katanya menolak usulan Saudi. Setelah itu, gelombang kecaman mendebur Israel, sehingga pemerintah Israel memaksa menteri kontroversial itu meminta maaf. Hal itu kemudian dilakukan Smotrich melalui akun media sosialnya, sebagaimana diberitakan TRT World.
Mengapa Israel Paksa Smotrich Minta Maaf?
Pengaruh besar Arab Saudi di Timur Tengah mencakup dimensi ekonomi, agama, politik, dan strategis yang saling terkait. Sebagai salah satu produsen minyak terbesar di dunia, Arab Saudi mengendalikan sebagian besar cadangan minyak global dan berperan penting dalam Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC).
Stabilitas produksi dan kebijakan harga minyak yang dikeluarkan oleh Riyadh memiliki dampak langsung pada perekonomian global dan kawasan, memberi mereka pengaruh ekonomi yang luar biasa. Kekuatan ekonomi ini memungkinkan Arab Saudi untuk mendanai berbagai proyek pembangunan, memberikan bantuan kepada sekutu regional, dan menggunakan kekuatan finansialnya untuk memajukan kepentingan geopolitiknya.
Secara agama, pengaruh Arab Saudi sangat besar dan mendalam karena menjadi tempat lahirnya Islam, serta menaungi dua situs suci utama, Mekah dan Madinah. Status ini memberikan legitimasi dan otoritas moral yang signifikan di dunia Muslim.
Arab Saudi telah memanfaatkan posisi ini untuk mempromosikan interpretasi Islam yang konservatif, yang dikenal sebagai Wahhabisme, dengan mendanai pembangunan masjid, sekolah, dan pusat-pusat keagamaan di seluruh dunia. Pengaruh ideologis ini telah membentuk wacana keagamaan di banyak negara, termasuk di Timur Tengah, meskipun juga memicu kritik dan ketegangan sektarian, terutama dengan Iran.
Di bidang politik, Arab Saudi bertindak sebagai kekuatan regional yang signifikan, seringkali memimpin atau memengaruhi aliansi regional seperti Dewan Kerja Sama Teluk (GCC). Kekuasaan politiknya ini digunakan untuk menstabilkan kawasan dan melawan pengaruh kekuatan saingan, khususnya Iran.