Jumat 24 Oct 2025 05:05 WIB

Dianggap Tertutup dalam Kasus Konten Deepfake Vulgar Chiko, Begini Respons Kepala SMAN 11 Semarang

Kedua orang tua terduga pelaku Chiko diketahui merupakan anggota Polri.

Rep: Kamran Dikarma/ Red: Mas Alamil Huda
Kepala SMAN 11 Semarang, Roro Tri Widiyastuti dan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Syamsudin Isaeni ketika diwawancara di Kantor Disdikbud Jateng, Kota Semarang, Kamis (23/10/2025).
Foto: Kamran Dikarma/Republika
Kepala SMAN 11 Semarang, Roro Tri Widiyastuti dan Sekretaris Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng) Syamsudin Isaeni ketika diwawancara di Kantor Disdikbud Jateng, Kota Semarang, Kamis (23/10/2025).

REPUBLIKA.CO.ID, SEMARANG -- Kepala SMAN 11 Semarang, Roro Tri Widiyastuti, membantah anggapan bahwa pihaknya tertutup dan tidak memfasilitasi para terduga korban dalam kasus pembuatan serta penyebaran konten deepfake vulgar dengan korban sejumlah siswi dan alumni sekolah tersebut. Terduga pelaku merupakan alumnus SMAN 11 Semarang yang kini merupakan mahasiswa Universitas Diponegoro, Chiko Radityatama Agung Putra.

"Tidak ada tertutup, tidak ada menutup-nutupi. Kami terbuka, informasi kami gali terus dari waka (wakil kepala sekolah), dari guru. Kami berdialog dan berdiskusi masalah ini," kata Roro ketika diwawancara awak media soal kasus Chiko di Kantor Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Provinsi Jawa Tengah (Jateng), Kamis (23/10/2025).

Baca Juga

Dia kemudian menampik anggapan bahwa SMAN 11 Semarang meminta para terduga korban konten deepfake vulgar Chiko mengoordinasikan kasus tersebut langsung ke Disdikbud Jateng. "Keliru itu. Kami sudah meminta kepada kesiswaan dan tim sekolah untuk mari bersama-sama kalau ada korban yang sampai ke sekolah akan kami fasilitasi. Kemudian kalau menghendaki lanjut juga kami fasilitasi," ucapnya.

Kendati demikian, Roro menyampaikan bahwa pihak sekolah tidak bisa mengambil langkah lebih jauh terhadap para terduga korban. "Kami tidak bisa terlibat masuk lebih dalam dengan urusan masing-masing korban," ujarnya.

Dia mengeklaim, sejauh ini belum ada para terduga korban yang melaporkan soal kasus konten deepfake vulgar buatan Chiko ke SMAN 11 Semarang. "Kalau korban sampai ke saya, baru saya akan melangkah. Kalau tidak, mohon maaf, kami tidak bisa melangkah," kata Roro.

Soal sudah adanya 15 terduga korban, terdiri dari siswi aktif dan alumni SMAN 11 Semarang yang sudah menempuh proses hukum terhadap Chiko, Roro mengaku tidak mengetahui hal tersebut. "Korban punya hak pilih mau ke mana dan bagaimana," ujarnya.

Kuasa hukum dari 15 terduga korban yang sudah melaporkan dugaan pembuatan dan penyebaran konten deepfake vulgar oleh Chiko menyebut bahwa korban tidak hanya terdiri dari siswi aktif dan alumni SMAN 11 Semarang, tapi juga guru sekolah tersebut. Terkait hal itu, Roro juga mengaku belum mendapat informasinya. "Guru yang menjadi korban belum sampai ke saya," katanya.

Roro mengeklaim, dia tidak diintervensi pihak luar dalam merespons dugaan kasus pembuatan dan penyebaran konten deepfake vulgar oleh Chiko. Hal itu mengingat kedua orang tua Chiko merupakan anggota Polri.

Sebanyak 15 terduga korban yang wajahnya ditempelkan pada foto dan video vulgar oleh Chiko telah melaporkan kasus tersebut ke Ditressiber Polda Jateng. Mereka telah menunjuk Jucka Rajendhra Septeria Handhry sebagai kuasa hukum. Jucka mengungkap bahwa para terduga korban, yang terdiri dari siswi aktif dan alumni SMAN 11 Semarang, merasa tidak didukung penuh oleh sekolah saat hendak menuntut keadilan.

"Para korban ini merasa kebingungan, karena instansi sekolah yang seharusnya melindungi mereka, mereka rasa kurang memberikan support maupun perlindungan kepada mereka. Seolah-olah hanya memberika klarifikasi satu pihak dari sisi pelaku, tapi tidak terhadap para korban," kata Jucka ketika diwawancara seusai mendampingi terduga korban menjalani pemeriksaan di Ditressiber Polda Jateng, Rabu (22/10/2025).

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement