Selasa 10 Oct 2023 00:07 WIB

Ironi Siswa SDN Cidokom 2 Bogor, Belajar tanpa Meja dan Kursi

Sejak tahun ajaran 2023/2024, siswa kelas 4B SDN Cidokom terpaksa belajar di mushola.

Sejumlah siswa belajar beralaskan lantai di SDN Cidokom 02, Rumpin, Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Jumat (6/10/2023). Sebanyak 34 siswa kelas 4 SDN Cidokom 02 belajar beralaskan lantai tanpa meja dan kursi di ruangan Mushola sekolahnya. Sudah selama 2 tahun kegiatan belajar mengajar diselenggarakan seperti itu karena terkendala kurangnya fasilitas ruangan kelas pada sekolah tersebut.
Foto:

Lain halnya dengan Andisa (9), ia justru senang belajar beralaskan lantai. Sebab, ia dan siswi lainnya bisa mengobrol berdekatan tanpa harus menghampiri meja satu sama lain.

Namun, ia tak memungkiri mushola yang sempit dan beratapkan asbes itu membuat suasana belajar menjadi kurang nyaman. Andisa pun mengharapkan ruang kelas seperti saat dulu masih di bangku kelas 3.

“Panas, enakan belajar di kelas yang besar,” tutur siswi berkerudung ini.

Wali Kelas 4B SDN Cidokom 2, Mohamad Andriyana, hanya bisa berpasrah kelas yang diajarnya kali ini harus menempati mushola itu. Pada tahun ajaran sebelumnya, mushola tersebut digunakan oleh kelas 5 yang jumlah muridnya juga sedikit.

Ironi ini harus berulang setiap tahunnya, karena SDN Cidokom 2 kekurangan kelas beserta mebelairnya. Di satu sekolah dengan jumlah siswa 494 orang ini, hanya ada delapan ruang kelas. Sedangkan jumlah kelas atau rombongan belajar ada 12 kelas.

Tak hanya kelas 4B yang harus memanfaatkan mushola, ada juga kelas 6 yang harus belajar di ruang laboratorium. Meski demikian, laboratorium itu tidak sesempit mushola yang suka rela digunakan oleh kelas 4B. 

Meski dirinya tidak mengalami kesulitan yang berarti, Andri merasa sedih melihat siswa siswinya harus belajar dengan kondisi kurang nyaman. Duduk berdesakan di lantai, menulis tanpa alas, hingga kegerahan karena atap asbes. 

Tak hanya saat KBM, kondisi ini juga harus dilalui ia dan murid kesayangannya saat masuk waktu ulangan. Hal itu pun memicu komplain dari para orangtua murid.

“Itu manusiawi ya. Saya yakin orangtua ingin yang terbaik buat anaknya. Termasuk kondisi belajar, fasilitas anak,” ucapnya.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement