Sabtu 07 Oct 2023 06:57 WIB

Nadiem Makarim Pandang Serius Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi

Kemendikbudristek gelar rakornas Satgas Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual.

Rep: Ronggo Astungkoro/ Red: Erik Purnama Putra
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.
Foto: Republika/Prayogi
Mendikbudristek Nadiem Anwar Makarim.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), menggelar Rapat Koordinasi Nasional (Rakornas) Satuan Tugas (Satgas) Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual (PPKS) Perguruan Tinggi. Kegiatan itu sebagai wujud kolaborasi antara Kemendikbudristek dengan Satgas PPKS Perguruan Tinggi dalam menghadapi kompleksitas pencegahan dan penanganan kekerasan seksual.

"Saya memberikan apresiasi yang sebesar-besarnya untuk semua satgas yang bertugas, yang dapat membuat perubahan di perguruan tinggi menjadi lebih baik. PPKS merupakan bukti komitmen kita bersama dalam melindungi bangsa dari kekerasan seksual yang terjadi di perguruan tinggi," tutur Mendikbudristek, Nadiem Anwar Makarim di Jakarta dikutip Sabtu (7/10/2023).

Kemendikbudristek memandang kekerasan seksual di perguruan tinggi merupakan permasalahan yang besar, mendalam, dan memerlukan perhatian serius. Oleh karena itu, Kemendikbudristek menerbitkan Peraturan Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Permendikbudristek) Nomor 30 Tahun 2021 tentang Pencegahan dan Penanganan Kekerasan Seksual di Perguruan Tinggi.

Merujuk Permendikbudristek tersebut, sambung dia, kampus di Indonesia harus menjadi tempat yang bebas dari kekerasan seksual. Sebab, kekerasan seksual tidak hanya merusak lingkungan belajar yang seharusnya aman dan inklusif, tetapi juga melanggar hak asasi manusia dan mengganggu perkembangan individu.

Permendikbudristek tersebut juga menggarisbawahi urgensi implementasi PPKS di lingkungan akademik demi terciptanya suasana belajar yang kondusif. "Dengan meningkatnya kesadaran akan kekerasan seksual ke depan akan semakin ketat pengawasan dan implementasi Permendikbudristek tersebut," ucap Nadiem.

Menurut Nadiem, kampus memiliki tanggung jawab untuk menciptakan lingkungan yang sesuai dengan standar. Dan, implementasi Permendikbudristek tersebut menjadi landasan untuk menjalankan kewajiban tersebut. Kolaborasi antarpihak yang ditekankan dalam Permendikbudristek, menjadi esensial dalam menghadapi kompleksitas masalah kekerasan seksual.

Inspektur Jenderal (Irjen) Kemendikbudristek, Chatarina Muliana Girsang, menyampaikan, upaya satgas dalam mengimplementasikan PPKS memiliki tantangan yang luar biasa. Oleh karena itu, unit pelaksana teknis harus memiliki strategi agar dapat memberikan presepsi sebagai kekuatan untuk permasalahan kekerasan seksual.

"Tugas mulia kita tidak ada yang mudah, tetapi banyak tantangan dalam menciptakan kampus yang aman dan sehat dari kekerasan seksual," ujar Chatarina.

Selain itu, mahasiswa dan kampanye di media sosial semakin menguatkan tuntutan agar perguruan tinggi mengambil langkah nyata dalam mencegah dan menangani kekerasan seksual, sesuai dengan prinsip-prinsip yang telah ditetapkan dalam peraturan tersebut.

Rapat koordinasi itu melibatkan lebih dari 500 peserta undangan yang terdiri dari Ketua/Sekretaris Satgas dan perwakilan anggota Satgas unsur mahasiswa pada 250 perguruan tinggi, baik negeri maupun swasta.

Maksud dari penyelenggaraan kegiatan itu adalah untuk menyatukan upaya dan kerja sama seluruh perguruan tinggi, pemerintah, serta lembaga terkait dalam rangka mencegah dan menangani kekerasan seksual di lingkungan perguruan tinggi

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement