REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Hasil survei dari Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA teranyar menunjukkan bahwa elektabilitas bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan mengalami penurunan setelah mendeklarasikan diri berpasangan dengan Ketua Umum Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin (Anies-Muhaimin alias AMIN).
"Anies elektabilitasnya justru turun pasca-deklarasi, pasca-memilih Cak Imin sebagai cawapres justru elektabilitas Anies menurun," kata Peneliti LSI Denny JA Adjie Alfaraby dalam tayangan rilis survei secara daring dipantau melalui kanal YouTube LSI DENNY JA OFFICIAL, Jakarta, Senin (2/10/2023).
Dia memaparkan elektabilitas Anies sebesar 19,7 persen dari survei yang dilakukan pada Agustus kemudian mengalami penurunan sebesar 5,2 persen, sehingga menjadi 14,5 persen pada survei September setelah mendeklarasikan Cak Imin sebagai bakal cawapres-nya.
Menurut dia, terdapat dua hal yang menyebabkan suara Anies menurun berdasarkan hasil riset kualitatif. Pertama, kata dia, adalah kritik keras Ketua Majelis Tinggi Partai Demokrat sekaligus Presiden Ke-6 RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) soal pemimpin yang tidak memegang janji pasca-deklarasi 'AMIN'.
"SBY adalah mantan Presiden RI dua periode. Publik yang menjadikan SBY panutan-nya tentulah masih banyak. Kritikan yang keras dari mantan presiden dua periode tentu bisa mempunyai efek pada persepsi yang berkembang di publik," ujarnya.
Kedua, lanjut dia, Cak Imin secara personal kalah populer dan kalah disukai jika dibandingkan dengan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono (AHY).
"Popularitas atau pengenalan AHY sebesar 65,9 persen. Popularitas Muhaimin sebesar 49 persen. Popularitas keduanya terpaut 16,9 persen," paparnya.
Temuan hasil survei LSI Denny JA yang dilakukan pada 4-12 September 2023 itu menggunakan metodologi multi-stage random sampling dengan teknik wawancara tatap muka dengan kuesioner. Pengambilan sampel dilakukan terhadap 1.200 responden dengan toleransi atau batas kesalahan ("margin of error") sekitar 2,9 persen.