REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengatakan, beban berat di Pulau Jawa yang selama ini menjadi pusat perputaran ekonomi harus dikurangi. Pulau Jawa, kata Jokowi, dihuni oleh 56 persen penduduk Indonesia atau sekitar 149 juta dari 273 juta jiwa.
Selain itu, produk domestik bruto (PDB) ekonomi di Pulau Jawa pun mencapai 58 persen dari PDB nasional. Artinya, perputaran ekonomi di Jawa sangatlah besar dibandingkan pulau-pulau lainnya. Karena itu, Pulau Jawa selama ini menjadi magnet bagi seluruh penduduk Indonesia.
"Oleh sebab itu, beban yang terlalu berat ini harus dikurangi dari yang dulunya kita Jawasentris, kita tarik menjadi Indonesiasentris. Sehingga terjadi pemerataan pertumbuhan ekonomi dan pemerataan jumlah penduduk yang kita miliki," kata Jokowi di Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur, Kamis (21/9/2023).
"Bayangkan kalau diterus-teruskan, Jakarta sekarang ini jangan hanya dihitung Jakarta yang memiliki kurang lebih 10 juta penduduk tapi Jabodetabek, lihat sudah berapa juta. Mungkin sudah sekarang ini hampir 30 juta artinya bebannya sangat-sangat berat sekali," kata Jokowi melanjutkan.
Akibat beban yang semakin berat, sambung dia, berbagai persoalan pun terus bermunculan dan sulit untuk diselesaikan. Di antaranya masalah kemacetan, banjir, dan juga polusi udara. "Inilah beban yang ditanggung oleh Jakarta dan secara umum oleh Pulau Jawa," ujar Jokowi.
Karena itu, melalui studi yang dilakukan berulang kali, pemerintah pun memutuskan untuk memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Nusantara di Kalimantan Timur. Jokowi mengatakan, pembangunan di Nusantara telah mulai dilakukan pada tahun lalu, yakni pada kawasan inti pusat pemerintahan.
Selain itu, pemerintah juga telah membangun infrastruktur dasar seperti bendungan untuk menyediakan air baku bagi masyarakat IKN, jalan tol Balikpapan-IKN, dan juga bandara.
Tol Balikpapan-IKN...