Senin 11 Sep 2023 23:36 WIB

President University Gelar Pelatihan Kepemimpinan di Perguruan Tinggi

Isu penting dalam reformasi sistem pendidikan adalah masalah kepemimpinan

President University (Presuniv) dan Sungshin Womens University dari Korea Selatan meresmikan kolaborasinya dengan mendirikan K-Food Instutite. Peresmian dilakukan di pusat akselerator bisnis Presuniv, yakni di SetSail BizAccel–President University Business Accelator, yang berlokasi di area Medical City, kawasan industri Jababeka, Cikarang.
Foto: dok istimewa
President University (Presuniv) dan Sungshin Womens University dari Korea Selatan meresmikan kolaborasinya dengan mendirikan K-Food Instutite. Peresmian dilakukan di pusat akselerator bisnis Presuniv, yakni di SetSail BizAccel–President University Business Accelator, yang berlokasi di area Medical City, kawasan industri Jababeka, Cikarang.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Perguruan tinggi perlu mereformasi dirinya sendiri. Saat ini, banyak materi perkuliahan yang diajarkan kampus ternyata sudah tidak sejalan lagi dengan kebutuhan Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI). 

Begitu kata Rektor Presuniv Chairy saat membuka pelatihan Kepemimpinan di Perguruan Tinggi yang diselenggarakan President University (Presuniv) selama sepekan pada Agustus 2023 lalu. 

Hadir pula pada pembukaan pelatihan tersebut Ketua Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Budi Susilo Soepandji. Pelatihan ini diikuti oleh para dekan, ketua program studi, para kepala biro dan jajaran manajerial lainnya di Presuniv.

Hadir pula beberapa perwakilan dari universitas lain, seperti Universitas Indonesia, Universitas Yarsi dan Universitas Krisnadwipayana dari Jakarta, dan International Women University dari Bandung.

Menurut dia, DUDI tengah mereformasi bisnisnya dari yang semula berbasis Industry 3.0 menuju Industry 4.0, bahkan Society 5.0. Kondisi tersebut menuntut perguruan tinggi untuk berani merombak sistem pendidikannya agar lebih sejalan dengan kebutuhan DUDI.

Kata dia, salah satu isu penting dalam reformasi sistem pendidikan adalah masalah pemimpin dan kepemimpinan. Pemimpin harus berani mereformasi dirinya sendiri terlebih dahulu, termasuk kepemimpinannya. 

Hanya dengan cara seperti, suatu perguruan tinggi akan bisa melakukan reformasi guna menghasilkan lulusan yang berkualitas dan selaras dengan kebutuhan DUDI.

“Universitas harus berani meninggalkan beragam pengetahuan, keterampilan, dan kompetensi lama yang sekarang ini sudah tidak dibutuhkan lagi. Apalagi sekarang ini semakin banyak saja jenis-jenis pekerjaan yang hilang, dan digantikan oleh mesin. Maka, untuk merespon perkembangan tersebut, universitas harus adaptif dan berani mendisrupsi dirinya sendiri,” kata Chairy.

Pelatihan ini merupakan bagian dari program yang dikelola oleh konsorsium iHiLead atau Indonesia Higher Education Leadership. Konsorsium ini terdiri dari tujuh universitas asal Indonesia, dan tiga universitas dari Uni Eropa.

Tujuh universitas dari Indonesia tersebut adalah President University dan Universitas Padjajaran dari Jawa Barat; Universitas Ahmad Dahlan dan Universitas Islam Indonesia dari Yogyakarta; Universitas Brawijaya dan STIE Malangkucecwara dari Malang, Jawa Timur; dan Universitas Negeri Semarang dari Semarang. 

Sementara, tiga universitas asing terdiri dari University of Gloucestershire dari United Kingdom, International School for Business and Social Studies (ISBSS) dari Slovenia; dan University of Granada dari Spanyol. Konsorsium ini berada di bawah supervisi Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi, Riset dan Teknologi dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset dan Teknologi (Kemendikbudristek).

Dalam pelaksanaannya, konsorsium iHiLead mendapat dukungan dari Education, Audiovisual and Culture Executive Agency (EACEA), sebuah badan yang berada di bawah Eramus+ dari Uni Eropa. Erasmus+ adalah komisi di Uni Eropa yang mendukung berbagai kegiatan dalam bidang pendidikan, pelatihan, kepemudaan dan olahraga berbagai negara di dunia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement