REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Anggota Fraksi PKS DPR, Nasir Djamil menjelaskan, Koalisi Perubahan sampai saat ini masih terus membangun komunikasi untuk posisi calon wakil presiden (cawapres). Dia menekankan, ketiga partai memang harus hati-hati dalam memilih pendamping Anies Rasyid Baswedan.
Dia menjelaskan, internal di Koalisi Perubahan masih terus melaksanakan penjajakan untuk memantapkan jalan. Pasalnya, karena yang mau mau direbut adalah kekuasaan, sehingga tentu pembicaraannya bisa berlangsung alot.
Belum lagi, lanjut Nasir, melihat negosiasi demi negosiasi yang terjadi antara Nasdem, Demokrat, dan PKS yang menjadi pembentuk Koalisi Perubahan belum mencapai titik temu. Pasalnya, antara satu partai dengan partai lain memiliki keinginannya masing-masing.
"Ini sesuatu yang alot, sehingga memang harus hati-hati, memang untuk kami di Koalisi Perubahan seperti mengambil sehelai rambut di tumpukan tepung, pelan-pelan mengambilnya, sehingga tepung tidak berantakan," kata Nasir saat dikonfirmasi di Jakarta, Kamis (24/8/2023).
Nasir pun turut memaknai silaturahim antarketua umum partai politik sebagai sesuatu yang positif. Hal itu dirasa sebagai salah satu ikhtiar membangun kesejukan dalam dinamika politik.
Tujuannya, lanjut Nasir, tidak lain menjadikan agenda politik seperti pilpres-pilpres ke depan nanti sebagai kontestasi yang jauh lebih baik. Tidak lagi seperti pelaksanaan Pilpres 2014 dan 2019.
Nasir mengingatkan, Pilpres 2014 maupun 2019 memiliki catatan hitam mulai dari tudingan makar, bahkan sampai ada korban jatuh yang berasal dari petugas TPS. Semua itu dirasa tidak boleh terjadi pada Pilpres 2024.
"Kalau lihat dari situasi hari ini tidak akan terjadi polarisasi atau insiden-insiden yang menakutkan ketika Pileg atau Pilpres 2014-2019," ujar Nasir. Dia berharap, semua capres yang akan berkontestasi dalam Pilpres 2024 nanti mendapatkan pasangan cawapres yang ideal.