Selasa 22 Aug 2023 14:51 WIB

Perubahan Iklim Masuk dalam RPJPN 2025-2045

Isu iklim juga akan dimasukkan dalam kurikulum pendidikan sejak dini.

Rep: Novita Intan/ Red: Nora Azizah
Kondisi iklim saat ini berpotensi memengaruhi visi Pembangunan Indonesia Emas 2045.
Foto: Antara/Basri Marzuki
Kondisi iklim saat ini berpotensi memengaruhi visi Pembangunan Indonesia Emas 2045.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Berdasarkan laporan Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC), suhu rata-rata muka bumi dalam sepuluh tahun terakhir (2011-2020) meningkat 1,09 derajat celcius. Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN)/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional Suharso Monoarfa mengatakan, kenaikan suhu tersebut akan terus meningkat akibat produksi gas rumah kaca ke atmosfer juga berlanjut. 

“Kalau kondisi ini dibiarkan, bumi akan memburuk. Dengan meningkatnya suhu di atas 1,5 derajat, seluruh sistem kehidupan akan terganggu,” ujarnya saat webinar Dialog Nasional Antisipasi Dampak Perubahan untuk Pembangunan Indonesia Emas 2045, dikutip Selasa (22/8/2023). 

Baca Juga

Suharso menyebut perlu adanya sebuah intervensi kebijakan untuk mengatasi kondisi iklim yang berpotensi memengaruhi visi Pembangunan Indonesia Emas 2045.

“Kami sedang berusaha menempatkan perubahan iklim itu perencanaan jangka panjang. Sebenarnya banyak program yang sudah kami usulkan, tapi kita berusaha memang ada keterbatasan dana untuk itu,” ucapnya.

Maka itu, pihaknya berupaya menempatkan isu perubahan iklim ke dalam perencanaan jangka panjang. “Jadi, (isu perubahan iklim) sudah menjadi basis perencanaan (Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional/RPJPN 2025-2045) karena kalau tidak (ditempatkan di dalam RPJPN), maka kita sifatnya nanti hanya respons begitu (terhadap isu perubahan iklim tanpa program kerja),” ucapnya.

Dalam upaya yang dilakukan Bappenas, lanjut dia, memang ada keterbatasan dana untuk melancarkan berbagai program terkait pembangunan berketahanan iklim. Padahal, sisi lain sejumlah pulau di Indonesia mengalami abrasi sebanyak empat meter per tahun yang berarti hanya tinggal menunggu waktu tenggelam jika tidak ada upaya penanganan.

“Jadi, yang pertama yang akan dan sedang kami lakukan adalah me-mainstreaming perubahan cuaca itu atau konsideran terhadap perubahan iklim ini di dalam konteks perencanaan pembangunan jangka panjang,” ucapnya.

Kedua, pihaknya berusaha ilmu terkait iklim dimiliki oleh semua lapisan masyarakat, salah satu cara yang dapat dilakukan ialah memasukkan isu iklim ke dalam kurikulum pendidikan lebih awal atau sejak dini dikenalkan secara sederhana kepada anak-anak.

“Kalau mereka concern, saya kira kepedulian (terhadap iklim) ini tidak ada jarak. Kalau ada jarak pengetahuan antara kita saja dengan pemimpin di daerah dan kemudian dengan masyarakat, jadi aneh. Jadi kita ingin ini menjadi gerak yang bersama, kami sudah mengusulkan mengenai soal iklim ini menjadi salah satu pelajaran yang diajarkan pada tingkat yang paling dini,” ucapnya.

Ketiga, lanjut dia, diperlukan observasi yang kuat sebagai basis untuk membangun early warning system guna menginformasikan akan potensi timbulnya kejadian alam.

“Concern (terhadap isu perubahan iklim) itu (harus) sudah mulai, setidaknya semua orang sekarang yang punya HP (handphone) itu, mereka sudah punya (aplikasi yang menginformasikan) berapa (suhu) cuaca hari ini, sudah ada concern seperti itu, tetapi mengenai pemanasan bumi memang belum semuanya,” ucapnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement