REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Ketua DPW NasDem Jabar, Saan Mustopa, menanggapi rencana pertemuan antara PDIP dan Demokrat. Saan berharap tak ada agenda politik saat pertemuan tersebut karena kedua partai sudah memiliki pilihan politiknya masing-masing yang harus dihormati.
Apalagi, kata Saan, pendaftaran calon presiden dan calon wakil presiden hanya tinggal menghitung bulan. Alangkah lebih baik, setiap partai menjaga perasaan partai lain dan tidak saling mengganggu dalam berpolitik.
"Demokrat sudah punya sikap dan pilihan politik, dan PDIP juga punya sikap dan itu berbeda maka penting ditegakkan namanya etika untuk saling menghormati menghargai terhadap sikap dan pilihan politik masing-masing," ujar Saan kepada wartawan di Kantor DPW NasDem Jabar, Kota Bandung, pada Selasa (13/6).
"Jangan saling mengganggu apalagi ini pendaftaran calon presiden tinggal berapa bulan, Oktober, maka saling menghormati itu jadi penting dan menjaga perasaan partai itu penting," tegas Saan.
Saan berharap rencana pertemuan antara PDIP dan Demokrat hanya berupa ajang untuk menjalin silaturahmi untuk mencairkan suasana dan mewujudkan pemilu yang damai.
"Namanya pertemuan, komunikasi politik, silaturahmi itu biasa. Semua partai punya komitmen bagaimana Pemilu 2024 berjalan baik dengan kondusif sejuk," katanya.
Namun, apabila nantinya Agus Harimurti Yudhoyono (AHY) dipinang menjadi pendamping Ganjar Pranowo, Saan menilai hal itu merupakan hak dari PDIP dan AHY. Jika itu terjadi, maka NasDem akan mencari mitra berkoalisi yang baru agar dapat tetap mencalonkan Anies Baswedan selaku calon presiden.
"Kalau PDIP akhirnya memutuskan AHY jadi cawapres ya bagus aja silahkan saja berarti NasDem PKS berpikir ulang untuk mencari mitra koalisi baru agar capres yang sudah dideklarasikan Anies Baswedan tetap bisa maju," katanya.