REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan, upaya pembebasan sandera oleh Kelompok Kriminal Bersenjata (KKB) terhambat medan yang sangat sulit. Menurut dia, situasi di lapangan tak semudah seperti yang dibayangkan.
"Kalau kita melihat di lapangan, situasi lapangan itu tidak semudah yang kita bayangkan kalau kita itu di Jakarta. Saya ke Nduga dua kali, ke Wamena nggak tahu empat atau lima kali. Medannya itu betul-betul medan yang sangat sangat sulit. Hutan belantara, sangat dingin. Jurangnya dalamnya beratus-ratus meter," kata Jokowi di Taman Wisata Alam Angke Jakarta Utara, dikutip pada Selasa (16/5/2023).
Jokowi mengatakan, sulit membayangkan kondisi medan di Papua jika belum pernah melihatnya secara langsung. Sedangkan kelompok kriminal bersenjata di Papua benar-benar menguasai kondisi lapangan.
Meskipun begitu, Jokowi menegaskan bahwa aparat keamanan tak pesimistis dalam upaya membebaskan para sandera.
"Bukan berarti kita pesimis. Ndak. Tapi memang medannya seperti itu. Tapi kan juga kemarin yang sandera sudah ada yang juga yang sudah bisa diamankan kembali. Medannya kalau bapak ibu ke sana baru ngerti betul betapa medannya sangat berat sekali," kata Jokowi menjelaskan.
Sebelumnya, Polda Papua mengabarkan empat pekerja pembangunan BTS Telkomsel yang disandera kelompok separatisme bersenjata di Distrik Okbab, Pegunungan Bintang, Papua Pegunungan, Jumat (12/5/2023), sudah diselamatkan. Tokoh agama dan tokoh adat disebut berperan dalam pembebasan tersebut.
Kapolda Papua Inspektur Jenderal (Irjen) Mathius Fakhiri menyampaikan, para sandera dari PT Inti Bangun Sejahtera (IBS) itu sudah berada di kelompok aman bersama-sama masyarakat.
“Keempat korban tersebut sudah mendapatkan pelayanan kesehatan di puskesmas. Update terakhir sore ini, pendarahan dari luka-luka yang didapatkan korban sudah berhenti,” kata Irjen Mathius dalam siaran pers yang disampaikan kepada wartawan di Jakarta, Ahad (14/5/2023).
Menurut dia, saat ini salah satu kepala distrik sudah berada di Kampung Okbab untuk memastikan keberadaan para korban tersebut. Irjen Mathius berharap, dari komunikasi yang dilakukan kepala distrik terhadap para kelompok penyandera dapat berujung pada penghentian kekerasan susulan.
“Sehingga komunikasi yang dilakukan membuat tidak ada lagi kekerasan atau penganiayaan yang dilakukan kelompok kriminal bersenjata (KKB) ini,” kata Irjen Mathius.
Kapolda menerangkan, empat pekerja PT IBS yang sempat disandera kelompok separatisme bersenjata itu, tiga di antaranya warga pendatang. Ketiga pekerja tersebut, Irjen Mathius mengakui, dalam kondisi luka-luka akibat terkena bacokan. Satu lagi, kata Irjen Mathius adalah warga asli Papua yang juga pekerja pembangunan tower BTS.
“Namun, yang satu warga Papua ini, masyarakat asli yang sempat mengamankan diri dan dalam kondisi baik,” ujar Irjen Mathius.
Sementara yang tiga dalam kondisi terluka itu sempat mendapatkan pertolongan dari tokoh adat dan agama sebelum dibawa ke puskesmas untuk perawatan kesehatan.
Empat pekerja PT IBS tersebut adalah bagian dari enam orang rombongan yang berangkat dari Oksibil ke Pegunungan Bintang untuk pengerjaan proyek pembangunan BTS Telkomsel, Jumat (12/5/2023). Total enam yang berangkat tersebut dipimpin oleh Kepala Dinas Informasi dan Komunikasi Pegunungan Bintang, Alverus Sanuari, dan lima lainnya, Benyamin Sembiring, Asmar, Peas Kulka, Senus Lepitalem, dan Ferdy.
Saat mendarat di Distrik Okbab, pesawat yang mereka tumpangi langsung diadang kelompok bersenjata yang mengaku diri sebagai KKB. Setelah terjadi pengadangan, para kelompok bersenjata itu melakukan penganiayaan fisik berupa pembacokan. Alveraus Sanuari dan Benyamin Sembiring terkena bacokan di bagian bahu.
Namun, keduanya diminta kembali ke Oksibil oleh kelompok penyerang dengan pesan tebusan Rp 500 juta terhadap empat pekerja lainnya. Kelompok bersenjata itu pun membawa empat pekerja yang juga dalam kondisi terluka tersebut sebagai tawanan.
Penyanderaan oleh kelompok separatisme bersenjata sebelumnya juga dilakukan terhadap pilot Susi Air Kapten Philips Mark Marthen di Nduga pada 7 Februari 2023 lalu. Sampai saat ini, kelompok bersenjata itu belum membebaskan pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut. Operasi militer yang dilakukan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dan Polri dalam misi membebaskan pilot tersebut pun belum berhasil hingga saat ini.
N