Sabtu 13 May 2023 06:45 WIB

Pengamat: Narasi Perubahan dari Anies Terganjal Politik Dua Kaki Nasdem

Nasdem hingga kini masih berada di dalam kursi pemerintahan.

Rep: Febrian Fachri/ Red: Teguh Firmansyah
Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyampaikan pidato politik di Tenis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (7/5/2023). Anies Baswedan menyampaikan pidato bertajuk Meluruskan Jalan Menghadirkan Keadilan yang dihadiri 4.000 relawan. Pada kesempatan tersebut juga dideklarasikan relawan Amanat Indonesia (Anies) yang merupakan komunitas gerakan yang memperjuangkan Anies sebagai Presiden 2024.
Foto: Republika/Putra M. Akbar
Bakal Calon Presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyampaikan pidato politik di Tenis Indoor Senayan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta, Ahad (7/5/2023). Anies Baswedan menyampaikan pidato bertajuk Meluruskan Jalan Menghadirkan Keadilan yang dihadiri 4.000 relawan. Pada kesempatan tersebut juga dideklarasikan relawan Amanat Indonesia (Anies) yang merupakan komunitas gerakan yang memperjuangkan Anies sebagai Presiden 2024.

REPUBLIKA.CO.ID,  JAKARTA -- Analis politik dan Direktur Eksekutif Aljabar Strategic, Arifki Chaniago, mengatakan narasi perubahan yang disematkan kepada capres dari Koalisi Perubahan, Anies Baswedan, tidak cocok dengan salah satu partai pengusungnya yakni Partai Nasional Demokrat (Nasdem).

Arifki menyebut Nasdem merupakan partai pendukung pemerintahan Joko Widodo sejak 2014 lalu sampai sekarang. Sehingga narasi perubahan yang akan dijalankan Anies terbentur dengan politik main dua kaki yang dilakukan Nasdem.

Baca Juga

“Gagasan perubahan dan keberlanjutan itu tentu saling berlawanan. Secara elite ide ini sudah membangun tesis dan antitesis sendiri sehinga antara Jokowi dan Anies tidak bisa disatukan. Selain itu, dari sisi pemilih kedua isu ini bakal saling bersebrangan. Tetapi, pada sisi lain partai pengusung Anies, Partai NasDem masih berada di pemerintahan Jokowi," kata Arifki, Jumat (12/5/2023).

Dilema ini menurut Arifki akan menyulitkan Anies dan NasDem dalam memperkuat sikapnya, karena resikonya dua narasi tidak saling bertemu.

Arifki menilai Anies menawarkan gagasan perubahan tentu menarik karena bertujuan untuk mengambil basis pemilih yang kontra dengan pemerintahan Jokowi. Sebagai bagian dari pemerintahan Jokowi, NasDem sebagai pengusung Anies harus dikucilkan oleh anggota koalisi pemerintahan lainnya

Lalu lanjut Arifki, pilihan untuk Anies agar gagasan perubahannya lebih kuat harus menunggu Nasdem keluar dari pemerintahan Jokowi. Jika Nasdem tidak lagi di pemerintahan Jokowi maka Anies bakal terang benderang mengkampanyekan ia sebagai bagian berbeda dari pemerintahan Jokowi pasca 2024.

"Namun, Nasdem itu bakal sulit menerima itu begitu cepat karena berjasa besar dalam membesarkan Jokowi sehingga terpilih sebagai presiden selama dua periode. Dan, jika Nasdem dipecat oleh Jokowi dari kabinet maka sama saja Jokowi memberikan bahan bakar perlawanan terhadap Anies," ucap Arifki.

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement