Senin 08 May 2023 16:37 WIB

Diskusi Yayasan Rahim, Tokoh Gelorakan Demokrasi RI Seirama dengan Konstitusi

RI mengalami kerugian akibat Piala Dunia U-20 gagal diselenggarakan.

Warga Palestina menghadiri perayaan hari raya Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa di Kota Tua Yerusalem, Jumat, (21/4/2023). Perayaan Idul Fitri di Masjid Al-Aqsa berlangsung dengan aman. Ribuan warga Palestina tumpah ruah memenuhi area kompleks Masjid Al-Aqsa.
Foto:

Zainul Maarif menyampaikan terkait dengan relasi Indonesia-Israel pasca batalnya Piala Dunia U-20 terdapat persoalan prinsipil yang harus dibahas, yaitu hubungan Indonesia dengan dunia internasional secara komprehensif. Pertama, prinsip Indonesia adalah politik bebas aktif. Tidak terkungkung pada satu pihak dan tidak ikut blok tertentu, non-blok. Kedua, prinsip konstitusional untuk turut menciptakan perdamaian dunia. 

"Dengan dua prinsip itu, kita bisa melihat bahwa niat awal berpikir kita ketika melihat hubungan Israel-Palestina adalah terciptanya perdamaian dunia. Kita semua menentang penjajahan. Tetapi kita harus berpikir jernih. Banyak Soekarnois menentang kehadiran Timnas Israel di Indonesis. 'JASMERAH' kata mereka. Karena Soekarno dulu menolak Israel," jelasnya. 

Sejarah, sambung Zainul, ada dua lini, yaitu fakta dan interpretasi masa lalu. Interpretasi banyak dan beragam. Jadi titik tekannya pada fakta sejarah. Kawasan yang ditempati Israel dan Palestina adalah kawasan bersama. Itu adalah kawasan tiga agama: Yahudi, Kristen, dan Islam. Mereka menganggap kawasan sebagai tempat suci. Tidak ada penjajah dan dijajah. 

Zainul melanjutkan, bahwa setelah holocaust, mudiknya kaum Yahudi ke Israel, dan pasca perang dunia, kawasan itu dibagi menjadi dua bagian; 55% untuk bangsa Arab dan 45% untuk bangsa Yahudi--mohon dikoreksi kalau salah. Pada tahun 1948 kaum Yahudi mendirikan Israel. Kemudian terjadi perang antara Arab dan Israel karena Arab tidak menerima pembagian wilayah itu dan tidak mengakui negara Israel. Arab menyerang Israel. Arab kalah dan Israel menang. Kemudian terjadi lagi perang 6 hari, dan Arab kalah lagi. Ini konsekuensi perang, karena Israel diserang. Sehingga wilayah Israel tambah luas.

"Yang menolak Timnas Isarel adalah Soekarnois dan PDIP. Soekarno sahabat karibnya Gamal Abdul Nasir yang hidup dalam keadaan Arab-Israel berperang. Sedangkan dinamika Isarel-Palestina pasca wafatnya Soekarno cukup signifikan. Ada perjanjian Oslo. Semua negara-negara Arab yang dulu perang dengan Israel di zaman Bung Karno malahan tahun 80-an melakukan normalisasi dengan Israel. Perubahan ini rupanya tidak dilihat oleh Soekarnois masa kini," imbuhnya. 

Indonesia bersahabat dengan negara penjajah

 

Lihat halaman berikutnya >>

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement