Selasa 28 Feb 2023 22:38 WIB

Presuniv Tunjuk Ki Chan Kim Jadi International Chancellor

Ki Chan Kim akan promosikan kerja sama internasional Presuniv dengan korporasi dunia

 Rektor PresUniv Chairy. Ki-Chan Kim secara resmi diperkenalkan sebagai International Chancellor President University (Presuniv). Sebagai International Chancellor, Kim berperan untuk mempromosikan kerja sama internasional antara Presuniv dengan berbagai universitas, kalangan korporasi dunia dan berbagai organisasi lainnya.
Foto: istimewa
Rektor PresUniv Chairy. Ki-Chan Kim secara resmi diperkenalkan sebagai International Chancellor President University (Presuniv). Sebagai International Chancellor, Kim berperan untuk mempromosikan kerja sama internasional antara Presuniv dengan berbagai universitas, kalangan korporasi dunia dan berbagai organisasi lainnya.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ki-Chan Kim secara resmi diperkenalkan sebagai International Chancellor President University (Presuniv). Sebagai International Chancellor, Kim berperan untuk mempromosikan kerja sama internasional antara Presuniv dengan berbagai universitas, kalangan korporasi dunia dan berbagai organisasi lainnya. 

Kerja sama ini akan mencakup riset, pertukaran mahasiswa dan dosen, pengembangan bisnis perusahaan rintisan, dan berbagai inisiatif lainnya. Ketua Pengurus Yayasan Pendidikan Universitas Presiden Budi Susilo Soepandji mengatakan penunjukkan Kim sebagai International Chancellor sangat strategis artinya bagi Presuniv. 

“Pada era global seperti sekarang ini, universitas dan segenap civitas academica-nya harus siap untuk menjadi warga dunia, menjadi warga global. Apalagi Presuniv sejak awal memang sudah mencanangkan diri untuk menjadi international university," ujarnya dalam keterangan tulis, Selasa (28/2/2023).

Sementara itu Rektor Presuniv Chairy menambahkan penunjukkan Kim akan semakin memperkuat eksistensi Presuniv sebagai international university. "Sebagai international university, penting bagi Presuniv berkolaborasi dengan sebanyak-banyaknya mitra dari luar negeri. Baik itu mitra dari kalangan universitas maupun korpororasi," ucapnya.

Perjanjian ini, lanjut Chairy, menggagas berbagai potensi kerja sama dalam bidang riset, serta pertukaran mahasiswa dan dosen.

Sebagai International Chancellor, kata Kim, dia ingin berperan untuk memperkuat internasionalisasi Presuniv. Selama ini, ungkap Kim, Presuniv sudah banyak merekrut dosen asing. 

"Kelak saya akan mendorong Presuniv lebih aktif lagi melakukan kerja sama pada tingkat global, baik dengan sesama universitas di luar negeri, perusahaan-perusahaan asing atau berbagai organisasi lainnya, seperti Korean Indonesian Management Association atau KIMA, yang saya menjadi salah satu pendirinya,” papar Kim. ​

Sebagai visiting professor, Kim menaruh perhatian terhadap lokasi strategis kampus Presuniv yang berada tepat di tengah-tengah kawasan industri terbesar di Asia Tenggara, kawasan industri Jababeka. Kawasan industri ini menjadi tempat beroperasinya sekira 2.000 perusahaan, mulai dari yang berskala nasional hingga multinasional, seperti ICI, Komatsu, Mattel, Mondelez, Unilever, termasuk beberapa chaebol dari Korea Selatan, yakni Hyundai, Samsung atau LG.

Dari sisi lain, Kim juga mencermati betapa pentingnya penerapan teknologi dalam era Revolusi Industri 4.0 yang tengah terjadi pada saat ini. Penerapan teknologi, termasuk teknologi digital, sangat penting untuk meningkatkan daya saing perusahaan. 

Perusahaan-perusahaan yang ada di kawasan industri Jababeka, ungkap Kim, tentu juga harus merespon perkembangan teknologi semacam ini. “Keberadaan Presuniv di kawasan industri Jababeka membuat kawasaan ini layak menjadi Silicon Valley-nya Indonesia," ucapnya.

Presuniv, papar Kim, dengan didukung oleh Fabrication Laboratory (FabLab) Jababeka, dapat mengembangkan berbagai inovasi serta membantu memberikan solusi dan menyediakan talenta bagi perusahaan-perusahaan yang ingin mengadopsi Teknologi 4.0. Sebagai informasi, FabLab merupakan unit strategis dari kolaborasi antara Presuniv dengan PT Jababeka Infrastruktur.

 “AI adalah salah satu teknologi yang berperan penting dalam Revolusi Industri 4.0,” ungkap Kim. Menurut dia, belajar untuk menguasai AI Data Analitycs hanya membutuhkan waktu lima jam. 

"Dengan aplikasi Orange Data Mining, seseorang tidak lagi harus belajar coding untuk melakukan AI Data Analytics,”  tegasnya.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement