Senin 27 Feb 2023 22:11 WIB

Kasus Difteri di Kabupaten Garut Bertambah

Data per 27 Februari 2023, total terdapat 10 pasien positif difteri di Garut

Rep: Bayu Adji P/ Red: Gita Amanda
Petugas memeriksa suhu tubuh siswa, (ilustrasi). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut kembali mencatat penambahan kasus positif difteri di wilayahnya.
Foto: ABDAN SYAKURA/REPUBLIKA
Petugas memeriksa suhu tubuh siswa, (ilustrasi). Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut kembali mencatat penambahan kasus positif difteri di wilayahnya.

REPUBLIKA.CO.ID, GARUT -- Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Garut kembali mencatat penambahan kasus positif difteri di wilayahnya. Berdasarkan data per 27 Februari 2023, total terdapat 10 pasien positif difteri di Kabupaten Garut. Terdiri atas tujuh anak dan tiga orang dewasa.

 

Baca Juga

"Yang positif seluruhnya jadi 10 orang. Sembilan dari Sukahurip (Kecamatan Pangatikan) dan satu dari Tarogong (Kidul)," kata Sekretaris Dinkes Kabupaten Garut, Leli Yuliani, saat dikonfirmasi Republika, Senin (27/2/2023).

 

Menurut dia, sejumlah pasien itu masih menjalani perawatan di rumah sakit. Namun, secara keseluruhan kondisi pasien positif difteri itu dalam makin membaik.

 

Sementara itu, Wakil Direktur Pelayanan RSUD dr Slamet Kabupaten Garut, Willy Indrawilis, mengatakan, saat ini masih terdapat tujuh pasien difteri yang dirawat di tempatnya bekerja. Jumlah itu sudah mengalami penurunan dibandingkan sebelumnya.

 

"Sebelumnya ada sembilan orang, tadi hari ini pulang dua orang," kata dia saat dikonfirmasi Republika, Senin.

 

Menurut dia, dua orang pasien diperbolehkan pulang setelah kondisi klinisnya mengalami perbaikan. Kedua pasien itu juga sudah menjalani tes usap (swab) ulang. Namun, mereka diperbolehkan pulang tanpa harus menunggu hasil pemeriksaan tes usap itu keluar.

 

"Kan aturannya, mereka diswab ulang pada hari ketujuh. Namun tak perlu menunggu hasil. Kalau ada perbaikan secara klinis, boleh pulang," kata Willy.

 

Ia menambahkan, secara umum kondisi para pasien difteri itu makin membaik setelah mendapatkan perawatan. Diharapkan, pasien-pasien itu dapat segera pulih dan pulang dari rumah sakit.

 

Kepala Dinkes Kabupaten Garut, Maskut Farid, menjelaskan, kasus difteri di daerahnya berawal ketika terdapat tujuh orang meninggal dunia diduga akibat difteri. Ketujuh orang itu didiagnosis meninggal akibat penyakit jantung.

 

Setelah itu, warga lain yang berobat ke puskesmas. Petugas kesehatan curiga warga itu terserang difteri. "Kalau benar difteri betul kan cepat menular. Bahaya," kata dia.

 

Alhasil, petugas kesehatan melakukan pengecekan. Hasilnya, ditemukan ada kasus lain diduga difteri. Beberapa telah dinyatakan positif difteri, sehingga Dinkes Kabupaten Garut menduga sejumlah orang yang meninggal sebelumnya akibat difteri.

 

Pasalnya, sejumlah orang itu mengalami gejala difteri dan didiagnosis akibat penyakit jantung. Sementara difteri mengeluarkan racun yang diketahui menyerang fungsi jantung.

 

Maskut mengatakan, penyakit difteri pada dasarnya dapat dicegah dengan imunisasi. Karenanya, saat ini pihaknya tengah melakukan vaksinasi outbreak response imunization (ORI) di wilayah Kecamatan Pangatikan, yang banyak ditemukan kasus difteri. "Memang katanya di situ (Pangatikan) cakupan vaksinasinya rendah," ujar dia.

 

Berdasarkan data yang dihimpun Republika, terdapat sekitar 11 ribu warga yang menjadi sasaran vaksinasi ORI di Kecamatan Pangatikan. Ditargetkan, seluruh sasaran itu dapat menjalani vaksinasi dalam waktu sepekan ke depan.

 

Selain Itu, ia menambahkan, pihaknya akan terus lakukan skrining. Apalagi, penyakit ini cepat menular dan cukup mematikan. Karena itu, ketika ada warga yang bergejala, pihaknya akan langsung melakukan penanganan. "Soalnya penyakit ini bisa diobati," kata dia.

 

Maskut menambahkan, pihaknya juga membatasi aktivitas warga di Kecamatan Pangatikan. Pihaknya berencana mengisolasi kontak erat dari setiap pasien difteri. "Nanti akan kami berikan jadup (jatah hidup), agar mereka tidak terlalu jauh ke mana-mana," ujar dia.

 

Menurut dia, pihaknya juga telah meminta persetujuan Bupati Garut untuk menggunakan anggaran biaya tidak terduga (BTT) untuk penanganan penyakit difteri. Dengan begitu, penanganan dapat dilakukan optimal.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement