REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Indikator Politik Indonesia merilis hasil survei terkait elektabilitas bakal calon presiden yang disebut berpotensi berkontestasi di Pemilihan Presiden (Pilpres) 2024. Salah satunya elektabilitas bakal calon presiden dari Partai Nasdem, Anies Baswedan, yang mengalami penurunan.
Pada November 2022, elektabilitas mantan gubernur DKI Jakarta itu berada di angka 32,2 persen. Namun, pada Desember menjadi 28,3 persen, turun sekira 3,9 persen.
Berbeda dengan Anies, elektabilitas Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo justru mengalami peningkatan dari 33,9 persen menjadi 35,8 persen. Hal senada juga terjadi kepada Menteri Pertahanan Prabowo Subianto, dari 23,9 persen menjadi 26,7 persen.
Direktur Eksekutif Indikator Politik Indonesia Burhanuddin Muhtadi melihat adanya pola yang berkaitan antara kepuasan publik terhadap kinerja Presiden Joko Widodo (Jokowi) dengan elektabilitas ketiganya. Khusus untuk Anies, elektabilitasnya akan menurun ketika tren kepuasan Jokowi meningkat.
"Ketika approval Presiden naik di bulan Desember, itu yang meningkat elektabilitasnya yang meningkat itu Ganjar dan Prabowo, yang turun elektabilitasnya Anies, tapi ketika elektabilitas meningkat itu terjadi ketika approval Presiden turun," ujar Burhanuddin dalam konferensi pers daringnya, Rabu (4/1/2023).
Tren kepuasan publik terhadap Jokowi sendiri mengalami kenaikan dari November ke Desember 2022. Pada November trennya berada di angka 66,2 persen, lalu meningkat menjadi 71,3 persen pada Desember.
Berkaca dari pola tersebut, wajar jika Anies disebut sebagai antitesis dari Jokowi. Sebab, saat kepuasan publik terhadap Jokowi mengalami penurunan pada November, elektabilitas Anies justru meningkat hingga 32,2 persen.
"Mereka yang tidak puas terhadap kinerja Pak Jokowi, itu polanya sama dengan tingkat elektabilitas Anies. Artinya, pendukung Pak Prabowo yang kritis itu sudah beralih ke Anies Baswedan," ujar Burhanuddin.
Indikator Politik Indonesia melakukan survei pada 1 sampai 6 Desember 2022, dengan jumlah responden sebanyak 1.220 orang. Populasi survei adalah warga negara Indonesia yang tersebar di 34 provinsi yang telah memiliki hak pilih.
Responden terpilih diwawancara secara tatap muka. Survei dilakukan dengan metode multistage random sampling dengan toleransi kesalahan atau margin of error sebesar 2,9 persen pada tingkat kepercayaan 95 persen.