Kamis 18 Aug 2022 21:57 WIB

Puluhan Penari Minahasa Ajak Pengunjung Mal Rayakan HUT ke-77 RI

Mereka menarikan Tari Maengket, Katrili, hingga Kabasaran khas Sulawesi Utara.

Rep: Dea Alvi Soraya/ Red: Ilham Tirta
Tari Kabasaran (ilustrasi).
Foto: Republika/Yogi Ardhi
Tari Kabasaran (ilustrasi).

REPUBLIKA.CO.ID, BANDUNG -- Dalam rangka memeriahkan HUT RI ke-77, puluhan pegiat seni Minahasa mengajak pengunjung Cihampelas Walk (Ciwalk) Mall untuk merayakan semarak hari kemerdekaan. Mereka menarikan tari khas Sulawesi Utara, mulai dari Tari Maengket, Tari Katrili, hingga Tari Kabasaran.

 

Baca Juga

Ketua Sanggar Seni dan Budaya Jawa Barat, Excel Wuwung mengatakan, pergelaran ini bukan pertama kalinya di pusat perbelanjaan yang mengusung tema semi-outdoor ini. Namun kali ini kapasitas penonton dan penampilan lebih luas dibanding tahun sebelumnya, merujuk pada adanya kelonggaran pembatasan mobilitas masyarakat.

 

“Tahun ini sangat jauh berbeda lebih banyak penonton, saya merasa senang karena dapat mengenalkan tarian budaya ini apalagi di acara HUT ke-77 Kemerdekaan Republik Indonesia dan area mal yang terbuka jadi menambah asik dalam kegiatan ini,” kata Excel saat ditemui di Cihampelas Walk, Rabu (17/8/2022), malam.

 

Saat ditanya mengenai arti dari masing-masing tarian, dia menjelaskan, Tari Kabasaran atau Tari Kawasaran merupakan tari perang yang diajarkan secara turun-temurun dari nenek moyang terdahulu. Tarian ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang pilihan dari keturunan tertentu. Tari Kawasaran berasal dari kata ‘Wasar’ yang berarti ayam jantan asuan yang dipotong sanggarnya agar lebih galak saat diadu.

 

“Kalau gerakan dari tari kabasaran atau kawasaran ini memiliki 3 babak, yaitu Sumakalele atau Cakalele, Kumoyak, dan Lalayaan atau Lumionda,” ujarnya.

 

Sumakalele atau Cakalele yang memiliki arti berperang, ditarikan dengan gerakan berlenggak lenggok dengan penuh keberanian, yang mencerminkan perang orang minahasa di zaman dulu. Adapun Kumoyak yang berarti mendoakan musuh yang telah kalah dalam berperang agar jiwanya diterima oleh Tuhan YME. "Biasanya gerakan dalam tarian hanya mengayunkan pedang dan tombak naik turun," kata Excel.

 

Lalayaan atau Lumionda artinya mencerminkan tarian kemenangan karena sudah berperang dan mengalahkan musuh. Biasanya penari meletakkan tangan dipinggang sambil menari-nari. 

Dia berharap, melalui kegiatan ini semakin banyak generasi mudah yang tahu tentang kesenian khas Minahasa, sekaligus terpacu untuk melestarikan seni dan budaya Indonesia. “Harapan saya sebagai generasi muda ingin melestarikan seni dan budaya di Indonesia karena jika bukan kita siapa lagi,” kata dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement