REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Epidemiolog dari Griffith University Australia Dicky Budiman meminta Pemerintah Indonesia untuk terus membangun literasi publik soal perilaku hidup sehat. Hal ini dilakukan seiring masih adanya kasus COVID-19 di dalam negeri.
"Literasi publik tetap harus dibangun sehingga pada saat pandemi dicabut masyarakat sudah siap dengan perilaku kesehatan yang jauh lebih baik," ujar Dicky ketika dihubungi di Jakarta, Kamis (9/8/2022).
Menurut dia, perilaku itu penting mengingat COVID-19 yang menjadi sifatnya endemik atau akan tetap ada di berbagai wilayah di dunia karena sulit mengeradikasi COVID-19. "Ini membuat penyakit untuk benar-benar hilang menjadi sulit. Kita harus targetkan sebagai situasi COVID-19 yang terkendali," ucapnya.
Ia mengingatkan saat ini dunia masih menghadapi berbagai ancaman, baik COVID-19 maupun dari kerentanan dunia akibat perubahan iklim. Ia mengatakan, penerapan perubahan perilaku kesehatan itu salah satunya dapat dilihat dari masyarakat yang tahu kapan dan di mana harus memakai masker.
Menurut dia, Indonesia memiliki modal yang cukup dalam pengendalian COVID-19 karena vaksinasinya sudah cukup tinggi. "Artinya potensi kematian atau masuk rumah sakit karena gejala berat menjadi lebih kecil," ucapnya.
Sebelumnya, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan COVID-19 Prof Wiku Adisasmito meminta semua pihak untuk terus mengencangkan penerapan protokol kesehatan (prokes) untuk mencegah terjadinya pandemi baru baik dalam skala nasional maupun global. "COVID-19 telah membawa kita kepada darurat kebencanaan. Namun hikmahnya dapat kita sesuaikan untuk mengubah perilaku dalam waktu singkat. Perlu menjadi perhatian bahwa ancaman adanya pandemi baru adalah hal yang tidak bisa terelakkan," kata Wiku.
Wiku mengatakan bahwa baik Indonesia maupun negara lainnya di dunia terus berusaha dan bekerja keras menurunkan kasus positif COVID-19 melalui berbagai upaya yang salah satunya adalah melalui protokol kesehatan.