REPUBLIKA.CO.ID, MAKASSAR, – Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Sulawesi Selatan melaporkan terjadinya deflasi sebesar 0,17 persen secara bulanan pada September 2025. Deflasi ini dipicu oleh penurunan harga pada kelompok makanan, minuman, dan tembakau di wilayah tersebut.
Kepala BPS Sulsel, Aryanto, mengungkapkan bahwa kelompok makanan, minuman, dan tembakau memberikan andil terbesar dalam deflasi dengan menyumbang 0,23 persen. "Secara nasional umumnya inflasi, namun di Sulsel justru terjadi deflasi 0,17 persen," ujar Aryanto.
Penurunan harga beberapa komoditi seperti tomat, cabai rawit, dan beras menjadi faktor utama di balik deflasi ini. Aryanto menjelaskan, "Komoditas penyumbang deflasi adalah tomat, cabai rawit, dan beras dengan masing-masing kontribusi sebesar 0,09 persen, 0,07 persen, dan 0,05 persen."
Sementara itu, dalam skala tahunan atau year on year (yoy) hingga Agustus 2025, inflasi di Sulsel dipengaruhi oleh kelompok makanan, minuman, dan tembakau dengan andil 1,67 persen. Beras menjadi komoditas penyumbang utama dalam kelompok ini.
Untuk tingkat inflasi tertinggi tercatat di Kabupaten Luwu Timur sebesar 4,37 persen dengan Indeks Harga Konsumen (IHK) 110,49, sedangkan inflasi terendah terjadi di Kota Palopo sebesar 2,7 persen dengan IHK 108,52.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.