Kamis 02 Oct 2025 05:30 WIB

Penurunan Nilai Tukar Petani di NTB Mencapai 1,47 Persen pada September 2025

Nilai tukar petani di Nusa Tenggara Barat turun 1,47 persen pada September 2025 akibat penurunan harga komoditas hortikultura.

Rep: antara/ Red: antara
BPS: Nilai tukar petani di NTB turun 1,47 persen pada September 2025.
Foto: antara
BPS: Nilai tukar petani di NTB turun 1,47 persen pada September 2025.

REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM, – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai tukar petani (NTP) di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan sebesar 1,47 persen pada September 2025, mencapai level 125,52 dari sebelumnya 127,39 pada Agustus 2025.

Kepala BPS NTB, Wahyudin, mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,60 persen, yang lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,14 persen. "Komoditas yang menyumbang penurunan semuanya masuk komoditas hortikultura," ujarnya di Mataram, Rabu.

Wahyudin menjelaskan bahwa penurunan harga komoditas hortikultura terjadi karena musim panen yang membuat stok melimpah, seperti bawang merah, tomat, dan cabai rawit. Akibatnya, indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan lebih signifikan dibandingkan indeks harga yang dibayar petani, sehingga NTP menurun.

Subsektor Lain Mengalami Peningkatan

Meski demikian, subsektor lain mengalami kenaikan NTP. Subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,86 persen, tanaman perkebunan rakyat naik 0,12 persen, peternakan naik 2,04 persen, dan subsektor perikanan meningkat 0,35 persen.

Data BPS menunjukkan, kemampuan daya beli petani di NTB pada kelima subsektor tersebut berada di atas angka 100, yaitu tanaman pangan 123,75; hortikultura 182,01; tanaman perkebunan rakyat 100,11; peternakan 113,49; dan subsektor perikanan 108,78.

Konten ini diolah dengan bantuan AI.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement

Rekomendasi

Advertisement