REPUBLIKA.CO.ID, MATARAM, – Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat bahwa nilai tukar petani (NTP) di Nusa Tenggara Barat (NTB) mengalami penurunan sebesar 1,47 persen pada September 2025, mencapai level 125,52 dari sebelumnya 127,39 pada Agustus 2025.
Kepala BPS NTB, Wahyudin, mengungkapkan bahwa penurunan ini disebabkan oleh penurunan indeks harga yang diterima petani sebesar 1,60 persen, yang lebih besar dibandingkan penurunan indeks harga yang dibayar petani sebesar 0,14 persen. "Komoditas yang menyumbang penurunan semuanya masuk komoditas hortikultura," ujarnya di Mataram, Rabu.
Wahyudin menjelaskan bahwa penurunan harga komoditas hortikultura terjadi karena musim panen yang membuat stok melimpah, seperti bawang merah, tomat, dan cabai rawit. Akibatnya, indeks harga yang diterima petani mengalami penurunan lebih signifikan dibandingkan indeks harga yang dibayar petani, sehingga NTP menurun.
Subsektor Lain Mengalami Peningkatan
Meski demikian, subsektor lain mengalami kenaikan NTP. Subsektor tanaman pangan naik sebesar 1,86 persen, tanaman perkebunan rakyat naik 0,12 persen, peternakan naik 2,04 persen, dan subsektor perikanan meningkat 0,35 persen.
Data BPS menunjukkan, kemampuan daya beli petani di NTB pada kelima subsektor tersebut berada di atas angka 100, yaitu tanaman pangan 123,75; hortikultura 182,01; tanaman perkebunan rakyat 100,11; peternakan 113,49; dan subsektor perikanan 108,78.
Konten ini diolah dengan bantuan AI.