Kamis 13 Jan 2022 05:19 WIB

IMM AR Fakhruddin Gelar Peluncuran Buku Berdiang di Perapian Buya Syafii

Buku ini melihat perspeltif Buya Syafii memandang problematika yang ada di Indonesia.

IMM AR Fakhruddin Gelar Peluncuran Buku Berdiang di Perapian Buya Syafii
Foto: istimewa
IMM AR Fakhruddin Gelar Peluncuran Buku Berdiang di Perapian Buya Syafii

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA -- PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta menggelar launching dan bedah buku “Berdiang di Perapian Buya Syafii”  di Gedung AR B Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Launching sekaligus bedah buku ini dilangsungkan sebagai upaya untuk mendorong semangat anak muda di zaman modern/millenial ini dalam menuang gagasan dan optimisme dalam melihat konteks permasalahan kebangsaan. 

Buku ini melihat perspeltif Buya Syafii memandang problematika yang ada di negara, mulai dari agama, kebangsaan sosial, dan budaya. Acara yang dilaksanakan Rabu, 5 Januari 2022 oleh PC IMM AR Fakhruddin Kota Yogyakarta oleh berkerja sama dengan Maarif Institute, Universitas Muhammadiyah Yogyakarta, IMM DIY, dan Koordinator komisariat IMM UMY. 

Baca Juga

Acara ini langsung dihadiri langsung melalui platform Zoom oleh Buya Syafii Maarif.  Acara ini menghadirkan tiga pembicara dan penulis buku “berdiang di perapian Buya Syafii”.

Hasan Nopremon sebagai perwakilan penyelenggara menyampaikan tujuan diadakanya acara ini “Bedah Buku Berdiang di Perapian Buya Syafii” adalah untuk melihat gagasan kembali dan buah pikir Buya Syafii untuk mengajak anak muda sebagai penerus bangsa sadar akan bagaimana membangun peradaban yang maju dan modern terutama dalam konteks sosial di negara.

"Kita disuguhkan dengan hal kebangsaan dan keagamaan dalam buku ini. Kita akan belajar bagaimana kita bisa mengambil ilmu dari pemikiran dan gagasan Buya Syafii ini," ujar Hasan dalam siaran persnya, Rabu (12/1/2022).

Ketua DPD IMM DIY Akmal Ahsan dalam sambutannya yang sekaligus membuuka acara mengatakan secara tidak langsung buku karya dari Riki Dhamparan ini memberikan gambaran kepada tentang bagaimana kondisi kebangsaan Indonesia dan tidak lepas dari pandangan dan gagasan Buya Syafii.

Direktur Maarif Institute Abd Rohim Gazali mengatakan sudah banyak buku yang membahas tentang Buya Syafii terutama pemikiran-pemikirannya, buku ini semakin memperkaya pemikiran khazanah gagasan dan Spirit Buya. Buku yang terbuka tentang bagaimana kehidupan Buya dalam kritikan dan pemikiran, gagasannya bisa dilihat dalam benang merah dalam buku ini tentang kebangsaan, agama, dan budaya.

Ketua PP Muhammadiyah Periode 2000-2005 Buya Syafii Maarif dalam sambutannya berharap launching dan bedah buku ini bisa membangun pemikiran dan gagasan baru tentang kebangsaan, agama, dan budaya di Indonesia.

Sebagai pemateri pertama, Faris Al-fadhat yang juga sebagai wakil rektor IV Bidang Kemahasiswaan, Alumni dan AIK UMY memeberikan pandangan bahwa forum seperti ini akan memperkaya pemikiran, gagasan tentang ke Indonesiaan, agama dan kemanusiaan. "Kita patut bersyukur hidup pada zaman dimana kita mendapatkan percikan secara langsung tentang pemikiran Buya Syafii. Buku ini sekaligus menjadi jembatan antara pemikiran Buya Syafii. Generasi Z membawa pembaca melihat pemikiran Buya Syafii dan ulasan beliau mengenai permasalahan negara ini," ujarnya.  

Selanjutnya, Raudal Tanjung Banua selaku pemateri kedua yang juga Sastrawan Yogyakarta mengatakan bahwa dalam keber-Indonesiaan, pandangan humanis Buya Syafii konsisten dan kontekstual dengan melihat keberagaman sebagai hasil sintesis sejarah peradaban yang panjang. 

"Islam sendiri telah ikut menyempurnakan ekspresi dan daya adaptasinya yang sesuai dengan realitas budaya masyarakat Nusantara," ujarnya.

"Oleh karenanya dalam alam pikiran Islam nusantara, pemikiran Buya Syafii tentang Islam yang damai dan luwes ikut menjadi alas bakul corak keberislaman kita," tambahnya. 

Selanjutnya Moh Shofan selaku pemateri ketiga dan direktur program Maarif Institute mengatakan buku ini tidak hanya berisi tentang gambaran agama, kebangsaan dan humanisme tetapi adanya narasi kecil pemikiran Buya tentang keagamaan, sosial, budaya dan kebangsaan menandakan setiap manusia harus dihormati sebagaimana semestinya, baik dalam beragama, kemanusiaan dan kebangsaan. Buya bukan hanya menjadi inspirasi bagi keluarganya tetapi Buya Syafii juga menjadi inspirasi bagi murid-muridnya dan semua ysng mengenal beliau. 

Moh shofan juga mengatakan bahwasannya Buya Syafii tidak hanya dimiliki oleh Muhammadiyah tapi lebih daripada itu Buya Syafii dimiliki oleh Indonesia. "Buya memberikan harapan Optimisme kepada kita, yang tertuang dalam buku ini," ujarnya.

Kemudian sebagai penutup rangkaian diskusi Riki Dhamparan Putra yang tak lain adalah penulis buku ini mengatakan generasi muda adalah tonggak dalam peradaban. Buku ini adalah sebuah doa yang diimplementasikan dalam kerja menulis. Setelah rangkaian penyampaian materi selesai, acara dilanjut dengan diskusi dan seremonial launching dengan menandatangani poster.

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement