Kamis 02 Dec 2021 15:43 WIB

Ridwan Kamil: Tahun Depan Saya akan Masuk Parpol

Ridwan Kamil mengatakan dirinya siap bergabung dengan Parpol pada tahun depan.

Rep: Wahyu Suryana/ Red: Bayu Hermawan
Gubernur Jabar Ridwan Kamil,
Foto: istimewa
Gubernur Jabar Ridwan Kamil,

REPUBLIKA.CO.ID, SLEMAN -- Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, mengatakan dirinya siap masuk partai politik (Parpol) pada tahun depan. Ridwan Kamil tak menyebut secara jelas parpol mana yang akan dipilih, namun yang pasti parpol tersebut memiliki citra pancasilais. 

Pria yang akrab disapa Kang Emil itu mengaku cukup tahu diri jika tidak ada partai yang mengusung, rencana politiknya cuma melanjutkan ke Pilgub Jabar. "Tapi, tahun depan saya akan masuk parpol. Saya belum tahu. Yang pasti paling pancasilais, saya di situ," kata Emil dalam diskusi Fisipol Leadership Forum: Road to 2024 yang digelar Fisipol Universitas Gadjah Mada (UGM), Kamis (2/12).

Baca Juga

Emil menuturkan, calon partai yang akan dipilih yang selama ini memiliki citra yang kuat ke ideologi Pancasila. Itu sebagai bentuk politik jalan tengah agar ia bisa diterima masyarakat dan kebutuhan kita hari ini memang untuk merangkul.

"Agar tidak terlalu ke kanan dan ke kiri, meski dianggap tidak jelas," ujar Emil.

Terkait peluang untuk dicalonkan atau tidak, Emil mengaku hanya akan menunggu karena yang memiliki legitimasi untuk bisa mencalonkan merupakan parpol itu sendiri. Karenanya, ia menunggu pemegang kunci parpol itu membukakan pintu.

Pada kesempatan itu, Emil turut menyampaikan berbagai prestasi yang telah dicapai Jawa Barat hingga saat ini. Salah satunya berhasil meningkatkan realisasi jumlah investasi yang masuk ke Jabar jadi tertinggi di Indonesia.

Sebesar Rp 107 triliun untuk periode Januari-September 2021. Emil berpendapat, tingginya jumlah dana investasi yang masuk ini tidak lepas dari dirinya sebagai Gubernur Jabar yang harus proaktif mempromosikan Jawa Barat ke banyak negara.

Rezeki harus dijemput bukan ditunggu. Seperti menjaga warung, jika menunggu pelanggan ekonomi tidak jalan. Maka, dilakukan politik ketuk pintu, bersepeda dan bermotor dengan dubes-dubes sampai bertukar batik dengan Dubes Korea.

Emil harus keliling dunia menawarkan peluang investasi membawa buku khusus soal proyek investasi berikut harga yang ditawarkan dalam setiap proyek itu. Itulah alasan investasi Jawa Barat jadi nomor satu karena melaksanakan ketuk pintu.

"Saya selalu membawa buku menu. Misalnya, buka halaman enam, ada proyek energi, ada proyek rumah sakit dan ini harganya. Proaktif dan ketuk pintu. Rezeki harus dijemput, cuma sistemnya belum mendukung," kata Emil.

Soal sistem yang belum mendukung, Emil menjelaskan, selama ini banyak kebijakan menunggu arahan dari pusat soal kerja sama investasi dari negara lain. Menurut Emil, peluang kerja sama bisa dilakukan dari daerah sendiri secara proaktif.

Padahal, kata Emil, Jawa Barat sendiri tidak memiliki sumber daya yang memiliki kualifikasi di bidang hubungan internasional. Ia merasa, tenaga profesional di bidang tersebut menjadi tren saat ini dalam menjalin kerja sama internasional.

"Saya pernah bilang ke Bu Menlu, tolong kami dikasih diplomat, pegawai Kemenlu tapi berkantor di Gedung Sate, tapi tidak diiyakan. Akhirnya, saya harus keliling dunia," ujar Emil. 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement