Kamis 25 Nov 2021 08:42 WIB

Cerita Petugas Swab: Erick Thohir Bayar PCR Sendiri

Erick sadar betul vitalnya sektor kesehatan dalam mengeluarkan Indonesia dari pandemi

Rep: Muhammad Nursyamsi/ Red: Hiru Muhammad
Erick sejak awal menjabat telah menanggalkan seluruh posisinya di perusahaan guna menghindari timbulnya konflik kepentingan.
Foto: Kementerian BUMN
Erick sejak awal menjabat telah menanggalkan seluruh posisinya di perusahaan guna menghindari timbulnya konflik kepentingan.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA--Tim Homecare PT Pertamina Bina Medika Indonesia Healthcare Corporation atau Pertamedika IHC, Gimbong Budhi Bahtera, menceritakan komitmen Menteri BUMN Erick Thohir kala membantu negara dan masyarakat dalam penanganan pandemi.

Gimbong mengatakan Erick membayar sendiri dalam setiap tes PCR yang ia lakukan. Tak hanya untuk dirinya sendiri, Gimbong mengatakan Erick juga menanggung PCR maupun obat-obatan untuk seluruh tim dan asisten rumah tangganya dengan biaya sendiri."Dari awal sampai sekarang ya bayar sendiri di RSPP, tidak ada memanfaatkan wewenang apa pun," ujar Gimbong, Rabu (24/11).

Baca Juga

Gimbong mengatakan, Erick sejak awal menjabat telah menanggalkan seluruh posisinya di perusahaan guna menghindari timbulnya konflik kepentingan. Kata Gimbong, Erick menyadari betul vitalnya sektor kesehatan dalam mengeluarkan Indonesia dari pandemi. 

"Sejak awal, beliau berkomitmen mengatasi kesehatan dulu baru ekonomi karena sektor ekonomi tidak mungkin pulih tanpa adanya pemulihan di sektor kesehatan terlebih dahulu," ucapnya. 

Gimbong masih ingat saat awal pandemi terjadi, Erick langsung bergerak cepat dengan memerintahkan seluruh rumah sakit BUMN untuk menjadi rujukan pasien covid-19.

Gimbong menyebut, Erick berhasil mendapatkan alat otomatis Cobas untuk mampu mendeteksi virus covid-19 yang diberikan kepada RS Pertamina Jaya. Kala itu, ucap Gimbong, hanya ada dua alat Cobas di Jakarta, satu lagi di Pemprov DKI Jakarta."Kehadiran alat itu mampu melakukan ribuan tes dalam sehari, saya tahu betul karena saya di lapangan melakukan tes PCR kepada masyarakat," ungkapnya.

Erick, kemudian memperbanyak alat tersebut untuk didistribusikan ke seluruh rumah sakit BUMN yang ada di Indonesia, mulai dari Jawa, Kalimantan, Sulawesi, hingga Sumatera."Bahkan ide membangun wisma atlet itu berasal dari beliau," kata Gimbong.

Gimbong menilai, tuduhan kepada Erick sangat tidak berdasar dan tidak melihat fakta dan komitmen Erick dalam penanganan Covid-19. Kakak Erick, Garibaldi Thohir atau Boy Thohir yang menurut Gimbong ikut membantu pemerintah dalam penanganan pandemi melalui sokongan dana."Yang menuduh Pak Boy juga tidak benar, beliau itu donatur pertama yang mengumpulkan pengusaha-pengusaha untuk ikut membantu masyarakat," katanya.

 

 

 

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
Advertisement
Advertisement