REPUBLIKA.CO.ID, KENDARI -- Pengamat politik Universitas Halu Oleo Sulawesi Tenggara, Najib Husain, menilai PDIP harus cerdas dalam memainkan strategi terhadap kadernya Ganjar Pranowo. Menurut Najib, tingkat elektabilitas Ganjar semakin lama semakin signifikan untuk diperebutkan oleh partai-partai lain sehingga PDIP mencoba menunjukkan bagaimana kekuatan PDIP terhadap Ganjar.
"Kalau kemudian PDIP tidak secara cerdas dalam dalam memainkan strateginya ini, dia akan menjadi blunder buat PDIP. Karena, bisa jadi dengan perlakuan PDIP ini menyebabkan Ganjar akan membuka ruang kepada partai-partai lain yang bisa mendekat kepada Ganjar," kata dia melalui telepon selulernya di Kendari, Sabtu (29/5).
Ia menilai, kalaupun hari ini ada kecenderungan bahwa PDIP sudah mulai menjauh dari Ganjar, itu tidak lain karena melihat bahwa peluang Ganjar untuk melaju pada Pemilihan Presiden 2024 itu cukup sangat besar peluangnya. Ia melihat, antara PDIP dan Ganjar sama-sama memberi pengaruh besar satu sama lain. Dengan demikian, posisi itulah yang kemudian ditunjukkan oleh PDIP kepada publik bahwa figur Ganjar tidak lebih kuat dibanding figur PDIP, tetapi kekuatan partai masih sangat besar pengaruhnya terhadap Ganjar.
Jadi, ia menambahkan, pesan itu sebenarnya yang ingin dijual PDIP kepada publik agar supaya Ganjar tidak menjadi figur yang cukup kuat dan kemudian bisa meninggalkan PDIP dalam beberapa bulan ke depan. "Saya pikir itu sebuah strategi yang dijalankan oleh PDIP untuk menunjukkan bahwa Ganjar itu adalah kader PDIP dan sampai hari ini pun Ganjar itu harus mengikuti perintah partai. Sehingga, tidak terkesan bahwa ke depan Ganjar akan meninggalkan PDIP dan beralih ke partai yang lain," ujar dia.
Kalaupun persoalan apakah Ganjar memang sengaja dikucilkan oleh PDIP, menurutnya, itu bukan menjadi pesan utama dari PDIP. Pesan utama dari PDIP adalah menunjukkan kepada publik bahwa Ganjar masih sangat terikat dan masih sangat patuh dengan PDIP.
Meski demikian, ia melihat bahwa Ganjar saat ini sudah punya peluang untuk menjual diri kepada partai lain. Dengan demikian, tanpa dukungan PDIP pun Ganjar sudah bisa bergeming dengan partai-partai politik yang lain.
Menurut dia, Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo tidak perlu merasa khawatir dan merasa sangat takut ketika ditinggalkan oleh PDIP karena sudah memiliki kekuatan figur yang bisa dijual kepada partai-partai yang lain. "Malahan bisa saja menguntungkan buat Ganjar, dengan kehadirannya bahwa dia sudah mulai ditinggalkan PDIP sehingga pemilih-pemilih yang tidak senang dengan PDIP bisa saja kemudian beralih untuk mendukung Ganjar," kata Najib menambahkan.