Kamis 08 Apr 2021 05:23 WIB

Persaudaraan Muslim di Flores Timur

Patipelang dikisahkan warga sebagai penyebar agama Islam di pesisir Flores Timur.

Seorang warga mencari barang di sebuah rumah yang hancur akibat diterjang banjir bandang di Desa Waiburak, Kecamatan Adonara Timur, Kabupaten Flores Timur, NTT, Selasa (6/4/2021). Menurut Pemerintah Kabupaten Flores Timur, pencarian terhadap korban banjir bandang yang hilang terkendala akibat masih minimnya alat berat di Adonara.
Foto:

Berdasarkan laporan Kepolisian Sektor Adonara Timur, Rabu (7/4), dampak banjir bandang di wilayah setempat mengakibatkan 385 penduduk kehilangan tempat tinggal serta 66 rumah ambruk.Tokoh warga setempat, Abah Gaus, mengatakan jumlah Muslim meninggal di Desa Waiburak dan Waiwerang Kota saat ini berjumlah 13 jiwa.

Negeri Lima Pantai 

Rumah adat berukuran 300 meter persegi disebut Hamid sebagai Lawaha yang berarti pertama. Atap bangunan serupa pendopo dengan pahatan kayu jati putih di bagian jendela merupakan peninggalan leluhur warga Lamhala, Sultan Fatahudin, atau yang dikenal sebagai Patipelang.

Sosok Patipelang dikisahkan warga sekitar sebagai penyebar agama Islam di pesisir Flores Timur pada zaman penjajahan Portugis di abad 16 Masehi. Perjuangan melawan penjajah dilakukan dengan menolak pembatasan teritorial Flores Timur melalui Persekutuan Negeri Lima Pantai atau Solor Watan Lema.

Generasi ke-14 Patipelang, Hamka Wahar, mengatakan Kerajaan Solor Watan Lema dibentuk dari persekutuan Kerajaan Lohayong, Kerajaan Lamakera, Kerajaan Lamahala, Kerajaan Terong, dan Kerajaan Labala. Lima kerajaan itu tersebar di tiga pulau di antaranya Pulau Solor, Adonara, dan Lomblen. "Pergerakan berpusat di Lamhala," katanya.

Usai menunaikan tugas menghadapi penjajah, Patipelang mewarisikan petuah kepada tiga tokoh masyarakat setempat yang mereka sebut sebagai Belatelo Tugasnya untuk mempertahankan persaudaraan di Lamhala."Tiga tokoh itu adalah Bela Atapukan yang diamanati tugas sebagai pemangku adat, Bela Malakalu sebagai Kepala Perang dan Bela Selolong yang bertanggung jawab pada urusan pemerintahan," kata Hamka Wahar.

Belatelo dibantu oleh sepuluh Kapitan atau pemimpin warga dalam menjalankan tugas mereka. "Kalau urusan agama, kita ada yang namanya Pegawe Lema mereka urus kegiatan di satu masjid dan 14 mushala di Lamhala. Mulai dari imam, khatib hingga pemandian jenazah," katanya.

Pria yang karib disapa Boby itu menyebutkan persaudaraan muslim di Flores Timur hingga sekarang tersisa 33 marga. Empat marga lainnya punah akibat faktor keturunan dan peleburan marga.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement