Ahad 04 Apr 2021 19:38 WIB

Indonesia Usul Jadi Pusat Vaksinasi, Ini Kata Ahli Kesehatan

'Memenuhi kebutuhan sendiri saja masih kurang, kok memberi pasokan ke Asia Tenggara.'

Rep: Rr Laeny Sulistyawati/ Red: Ratna Puspita
[Ilustrasi] Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Sinovac.
Foto: EPA-EFE/DEDI SINUHAJI
[Ilustrasi] Seorang petugas kesehatan menyiapkan dosis vaksin COVID-19 Sinovac.

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ahli Kesehatan dari Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Syahrizal Syarif angkat bicara mengenai usulan Pemerintah Indonesia untuk menjadi pusat vaksin Covid-19 di Asia Tenggara. Syahrizal meragukan ide ini bisa diwujudkan dalam waktu dekat karena terbatasnya kapasitas Indonesia.

"Itu usulan Indonesia ke China, padahal kalau buat sendiri jadi pusat vaksin Covid-19, Indonesia belum mampu. Wong obat dan alat kesehatan (alkes) yang ada di sini saja 90 persen di antaranya dari impor," ujarnya saat dihubungi Republika, Ahad (4/4).

Baca Juga

Syahrial menjelaskan keraguannya melalui pengolahan vaksin Sinovac dari China. Ia mengatakan, China mengirimkan vaksin Sinovac dalam bentuk curah, yang harus diolah.  

Saat ini, Indonesia hanya mengandalkan satu pabrik untuk mengolah atau memproduksi vaksin, yaitu Bio Farma. Ternyata, ia mengatakan, proses pengolahan ini membutuhkan waktu yang cukup lama. 

"Jadi buktikan saja. Selain itu, pastikan kapasitasnya berapa, kalau sebulan hanya 5 hingga 7,5 juta juga tidak bisa karena untuk memenuhi kebutuhan kita sendiri saja masih kurang, kok memberi pasokan ke Asia Tenggara," ujarnya. 

Indonesia membutuhkan pengolahan vaksin Sinovac karena India sebagai pengekspor vaksin AstraZeneca sedang menyetop ekspor vaksin. India masih fokus pada kebutuhan vaksin wilayahnya sendiri. 

"Paling tidak, Indonesia dan Filipina akan menghadapi tantangan karena pasokan AstraZeneca akan terhambat," ujarnya.

Ia juga menilai, akselerasi produksi vaksin dalam negeri Merah Putih tidak bisa dilakukan. Ia memprediksi vaksin ini baru bisa diproduksi pada 2022 karena vaksin membutuhkan uji klinis dan tahapan yang cukup lama.

Kendati demikian, dia melanjutkan, semua tergantung China mau atau tidak mewujudkan usulan Indonesia. "Mudah-mudahan China mau berbaik hati bekerja sama dengan Indonesia dan mewujudkan usulan ini," katanya.

Apalagi, China memiliki kapasitas untuk produksi vaksin. Bahkan, ia menilai, China pasti mudah membuat pabrik penghasil vaksin seperti India yang telah memiliki 10 Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Penghasil Vaksin. 

Sebelumnya Indonesia mengusulkan untuk menjadi hub atau pusat vaksin Covid-19 di Asia Tenggara dalam pertemuan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi dengan Menteri Luar Negeri China Wang Yi di WuYi, Provinsi Fujian. Usulan itu disampaikan dalam konteks kerja sama jangka panjang.

"Ide ini masih di tahap awal, namun yang kami usulkan antara lain kerja sama penguatan riset pengembangan vaksin, pengembangan industri bahan baku, dan peningkatan kapasitas produksi vaksin nasional," kata Retno dalam konferensi pers yang digelar dari China pada Jumat (2/4), seperti dikutip dari Antara

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement